Mohon tunggu...
Raka Abbiyan Permana
Raka Abbiyan Permana Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Menulis adalah inspirasiku

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gagal Dulu, Gagal Lagi, Sukses Terus!

21 Februari 2021   11:31 Diperbarui: 21 Februari 2021   11:36 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Gawat, nama itu 'kan guru yang paling galak di sisni. Pak Romli kan guru yang sering diceritakan oleh kakak kelasku yang sekolah di sini. Mampus! Matilah riwayatku kalau harus berhadapan dengan guru itu. Tak lama satpam itu kembali menghampiriku. Namun, dia tidak sendiri terlihat di belakangnya terdapat seorang pria badannya yang berisi, kumisnya tebal, serta matanya yang tajam. Diriku dibuat bergemetar setelah melihat pria itu, aku berpikir bahwa itulah Pak Romli. Keringat bercucuran melintasi rawannya diri ini. Pria itu semakin mendekat dan kumisnya yang tebal itu bergerak naik turun seperti gelombang. Hidungnya memutar seperti sedang mengendus sesuatu. Duh, semakin berdebar jantungku ketika gerak-gerik pria itu seperti itu. Takutnya dia mencium bau ketiakku yang belum mandi. Tuhan, kenapa pertama masuk sekolah sperti ini.

            Satpam itu kini berhadap-hadapan denganku dan ternyata pria itu adalah guru di sekolah ini. Malunya aku telah mengecap guru itu sebagai guru paling galak di sekolah ini justru guru itu guru paling lucu yang pernah aku temui selama menempuh pendidikan. Pak Syamsyir namanya, aku bisa mengetahui guru itu paling lucu karena setelah perbincanganku dengannya mengenai alasan kenapa aku telat. Selain lucu guru itu baik sekali karena telah mengizinkanku masuk untuk mengikuti kegiatan hari ini.

"Nak, sekarang kamu langsung saja masuk ke barisan di lapangan sana ya. Di sana banyak teman-temanmu di sana!" perintah guru itu.

"Oh baik pak saya akan segera ke sana."

"Kalau begitu, saya tinggal dulu ya."

            Perasaanku lega setelah Pak Syam memberikan kesempatan kepadaku untuk masuk. Dengan percaya diri aku berjalan menuju lapangan yang disambut angin sepoi-sepoi. Rambutku berkibar bak bendera yang tertebak angin dan kunikmati angin itu sehingga aku memposisikan diriku seperti duta sampo.

            Saat aku menikmati segarnya udara pagi ini, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari arah podium. Awalnya aku tidak merasa bahwa teriakan itu untukku, aku terus berjalan menuju lapangan dan hendak bergabung dengan teman-temanku.  Akan tetapi, teriakan kedua itu sepertinya tertuju padaku. Langkahku terhenti sejenak karena ingin memastikan teriakan itu untukku.

"Kamu yang telat datang! Cepat kemari!" teriakan itu kembali memanggilku.

            Gila, ternyata teriakan itu benar-benar untukku. Mukaku mau disimpan di mana kalau kasusnya seperti ini. Baru awal saja aku sudah mempermalukan diriku di depan semua orang yang belum aku kenal. Mau tidak mau aku harus menghampiri sumber suara itu. Sesampainya aku di sana aku terkesima melihat parasnya seorang pria yang berdiri di podium sana. Kulitnya yang putih, rambutnya yang mengkilat, dan matanya yang indah membuatku mati terpesona melihatnya.

"Kenapa kamu melihatku dengan tatapan seperti itu," ungkap pria itu.

            MAMPUS!!! Aku kepergok saat aku menatap wajahnya yang tampan itu. Duh bodoh banget si jadi aku, mau disimpan di mana lagi muka ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun