Mohon tunggu...
Raka Abbiyan Permana
Raka Abbiyan Permana Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Menulis adalah inspirasiku

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gagal Dulu, Gagal Lagi, Sukses Terus!

21 Februari 2021   11:31 Diperbarui: 21 Februari 2021   11:36 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Boleh yah ... ada apa?" tanyaku pada ayah seolah-olah tidak tahu apa yang akan dibicarakan ayah. Padahal aku sudah tahu karena aku telah mendengar pembicaraan ini saat aku lewat kamar ayah.

              Ayah merasa kebingungan karena ayah tidak tahu bagaimana menyampaikannya kepadaku. Terlihat dari gestur ayah yang saling melempar pandangan dengan ibu.

"Jadi gini ... Mmmm ..." ayah gugup.

"Jadi ... apa yah?" tanyaku.

"Mmmm jadi gini, ayah dan ibu mohon maaf sekali karena ayah tidak bisa menguliahkanmu untuk tahun ini karena ayah kesusahan untuk mencari biayanya. Kamu tahu sendiri 'kan untuk makan saja kita sangat kesulitan apalagi untuk kuliah." Jelas ayah kepadaku.  

              Walaupun aku sudah tahu akan membicarakan hal itu tetapi rasanya sangat sedih sekali. Air mata membanjiri ruangan itu karena ayah dan ibu pun ikut menangis. Padahal tidak seharusnya ayah dan ibu menjatuhkan air matanya untuk hal ini. Segera kuhapus air mata ini karena aku ingin terlihat bahagia dan kuat walau kenyataannya tidak sekuat dan sebahagia itu.

"Ayah, Ibu, terima kasih sebelumnya karena kalian sudah berkorab untukku selama ini. Dan aku ikhlas jika aku tidak kuliah karena masih banyak jalan menuju roma. Dan aku janji tahun ini aku akan membahagiakan kalian," ungkapku pada mereka.

"Terima kasih nak, kau sudah mengerti dengan keadaan kita sekarang," sahut ibu.

              Aku memulai kembali rutinitasku sebagai pelajar yakni belajar. Pertemananku di SMA berbeda kini aku cenderung menjadi seorang yang pendiam dibandingkan aku yang dulunya periang. Aku trauma dengan masa laluku karena untuk apa aku berteman kalau pada akhirnya mereka menghilang. Devina dan Sheren pun tidak tahu ke mana sekarang bahkan Alathas yang menjadi pacar akupun tidak pernah kudengar kabarnya. Namun, biarlah yang lalu tetap berlalu dan kehidupan sekarang biarkanlah sebagai pacuan untuk menata masa depan. Akan tetapi, jangan sampai melupakan masa lalu karena itu bisa dijadikan sebagai sumber ilmu yang akan mengajarkanmu, menuntunmu, dan membenarkan  kehidupanmu yang dulu.

              Sebelum pulang ke rumah aku selalu menyempatkan untuk pergi ke warnet terlebih dahulu. Uang jajanku selalu aku sisihkan sebagian untuk pergi ke warung internet (warnet). Tujuanku selalu pergi ke warnet yaitu untuk mencari info tentang beasiswa di berbagai universitas negri di Indonesia.

              Berita miring yang kerap bertebaran di masyarakat tentangku tidak pernah aku masukkan ke dalam hati karena aku tahu kalau menguruskan hal yang tidak penting tidak akan membuatku maju lebih jauh. Biarkan Tuhan saja yang menilai karena Tuhan lebih tahu bagaimana cara menghakimi yang benar. Ayah dan ibu tidak tahu bahwa aku selalu pergi ke warnet untuk mencari info beasiswa karena aku sengaja biarkan saja menjadi kejutan bagi mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun