Mohon tunggu...
Raka Abbiyan Permana
Raka Abbiyan Permana Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Menulis adalah inspirasiku

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gagal Dulu, Gagal Lagi, Sukses Terus!

21 Februari 2021   11:31 Diperbarui: 21 Februari 2021   11:36 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sangat siap," aku menjwab dengan penuh keoptimisan.

"Wah bagus sekali, persiapkan dengan baik ya nak," pesan guruku.

"Baik bu."

              Aku persiapkan semuanya untuk proses seleksi itu. Saat ini prioritasku hanya itu karena aku pikir lebih baik babak belur terlebih dahulu dan senangnya di akhir. Aku belajar setiap hari bahkan belajarnya itu dalam satu hari bisa 9-10 jam. Dan tidak lupa restu orang tua itu yang utama karena bisa menjadi doa untuk lulus proses seleksi ini.

              Hari ini, aku melakukan tahap seleksi awal rasanya jantung kaya mau copot. Akan tetapi, aku harus tenang karena kalau aku tenang pasti mengerjakan soalnya akan lancar. Aku langsung masuk ke ruang ujian dan ketika aku masuk rasanya dingin sekali. Namun, setelah melihat soal rasanya tenang sekali karena tipe soalnya itu hampir sama dengan yang aku pelajari. Di akhir, ada soal yang mengilustrasikan tokohnya itu Alathas dan Ranti padahal soal ini kan materi peuang memangnya tidak bisa diilustrasikan dengan benda seperti bola, dadu, atau kartu bridge. Soal ini membuatku menjadi salah tingkah karena selalu teringat wajah Alathas. Untungnya saja aku bisa menghapus wajah dia di benakku sehingga aku bisa menyelesaikan ulangan ini dengan santai. Dan masalah hasil aku serahkan kepada Tuhan karena aku sudah berusaha pasti Tuhan akan memberikan yang terbaik.

              Tidak lama dari proses seleksi tibalah pengumuman peserta siapa saja yang lulus tahap awal. Akhirnya aku merasa lega karena di dalam pengumuman itu namaku berada di posisi teratas dengan peraih nilai tertinggi. Atas pencapaianku ini, pasti ayah dan ibu akan merasa senang dan bangga kepadaku. Selain itu, teman-temanku mengucap rasa bangga mereka kepadaku. Contohnya sahabatku sendiri yaitu Sheren dan Devina. Namun, berbeda dengan Dinda seakan dia terlihat marah dan kesal kepadaku. Mungkin dia merasa iri terhadap pencapaianku dan hanya itulah dugaan yang ada di benakku. Selain teman-teman, guruku memberikan ucapan selamat dan semangat kepadaku. Sama hal nya dengan pria kepala batu itu, dia memberikan ucapan selamat sekaligus memberikan coklat dengan sikap dinginnya.

"Nih buat kamu." Alathas menyodorkan coklat itu tepat ke hadapan mukaku.

"Hah? Maksudnya apa?" aku bertanya seolah-olah aku tidak tahu akan maksud tujuan pria kepala batu itu.

"Terima saja, tulisannya ada di dalam," ungkapnya.

"Oh, terima kasih," ucapku.

              Tidak tahu kenapa rasanya sangat bahagia menjalani hari ini. Selain aku bisa menjadi urutan pertama dalam seleksi tahap awal aku pun mendapatkan coklat dari cowok aneh itu. Aku senyum-senyum sendiri di jalanan sambil menatapi coklat itu berulang-ulang. Sepertinya sudah waktunya untuk menyatakan tetapi aku terlalu gengsi untuk mengungkapkannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun