Mohon tunggu...
Raka Abbiyan Permana
Raka Abbiyan Permana Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Menulis adalah inspirasiku

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gagal Dulu, Gagal Lagi, Sukses Terus!

21 Februari 2021   11:31 Diperbarui: 21 Februari 2021   11:36 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kak Ilene, dia tadi bersama gengnya mencegatku." Lirihku pada sheren.

"Demi apa Ran? Terus kamu diapain sama mereka?" tanya Sheren dengan kagetnya setelah mendengar perkataanku.

"Yaaaa ... awalnya dia mau menamparku tetapi tangannya aku tapis sampai dia kesakitan. Aku tidak takut sih sebenarnya kalau dia mengancamku untuk keluar dari sekolah ini karena 'kan mau bagaimana juga sekolah ini di bawah naungan pemerintah dan dia tidak bisa seenaknya mengeluarkanku dari sini." Jelasku.

"WOW! Hebat banget kamu Ran, padahal dia kan cewek palin disegani di sini."

"Buat apa kita takut Sheren kalau kebenaran berpihak di kita. Kita seharusnya terus membela kebenaran supaya negara ini maju dan tidak diam saja di tempat. Karena 'kan jiwa anak bangsa Indonesia sangat diperlukan untuk kesejahteraan Indonesia di masa sekarang."

"Hebat banget kamu Ran, walau kamu masih SMP tetapi pikiranmu sudah meluas ke mana-mana. Aku yakin suatu saat pasti kamu menjadi salah satu orang yang berpengaruh di dunia ini," ungkap Sheren.

"Terima kasih Sheren, aku juga yakin kamu akan menjadi orang yang sukses!" timbalku.

"Oh iya Ran, kamu tahu tidak masalah yang ada di mading?" celetuk Sheren.

"Iya aku tahu Sheren, aku pun sampai saat ini sedang mencari siapa pelakunya." Jelasku pada Sheren.

            Aku jelaskan semuanya kepada Sheren atas apa yang terjadi kemarin supaya tidak ada kesalah pahaman atas tuduhan foto itu. Kami berdua bercerita di kantin sambil menikmati bekal dari ibu. Sheren akhirnya percaya kepadaku atas apa yang terjadi kemarin karena di tahu bahwa aku sebenarnya benci kepada pria kepala batu itu. Dan tak sengaja kami dipertemukan di kantin dan dengan sifat dinginnya kepala batu itu berjalan lurus ke depan tanpa mengalihkan pandangannya. Terlihat dia makan di belakang mejaku dan mau tidak mau aku dan dia harus duduk berhadapan. Dan aku sangat terkejut ketika dia hendak makan karena kursi tempat duduknya disiapkan oleh temannya.

"Idih manja banget ya ketua Osis di sini," bisikku pada Sheren.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun