"Oh, tadi Pakde ada urusan kantornya jadi mereka harus pulang dan orang tuamu mengantar mereka ke bandara. Tadinya Nenek mau ikut tetapi kamu belum bangun jadinya nenek tidak ikut." Jawab nenek.
"Oh, syukurlah kalau mereka sudah pulang." Celetukku.
"Oh iya, tadi Kak Dio menitipkan barang ke Nenek," ungkap nenek.
"Barang apa Nek?"
"Bentar Nenek ambilkan sebentar barang itu."
      Aku merasa heran ketika nenek bilang bahwa Kak Dio menitipkan barang. Atas dasar apa Kak Dio memberikan barang iru, apa karena malam itu? Aku hanya bisa menduga-duga. Tidak lama nenek datang membawa sebuah kotak dari Kak Dio.
"Ini Ran, barang dari Kak Dio." Sambil menyerahkan barang itu.
"Wah, apa ya Nek kira-kira isinya?" tanyaku pada nenek.
"Nenek tidak tahu, buka saja nanti di kamar setelah kamu beres sarapan!" titah nenek.
"Baik Nek."
      Setelah selesai sarapan, aku pergi ke kamar untuk membuka isi kotak itu. Rasanya aku sangat penasaran sekali terhadap kotak itu. Kubuka perlahan kotak itu ternyata di dalamnya terdapat sebuah surat. Hati ini semakin penasaran untuk membuka surat itu. Kubuka surat itu dan isinya: