Mohon tunggu...
Raka Abbiyan Permana
Raka Abbiyan Permana Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Menulis adalah inspirasiku

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gagal Dulu, Gagal Lagi, Sukses Terus!

21 Februari 2021   11:31 Diperbarui: 21 Februari 2021   11:36 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Untuk memulai kegiatan belajar di sekolah baru tentu ada tantangannya terlebih dahulu. MOS atau masa orientasi sekolah, hal itu yang pertama kali aku dapatkan setelah masuk ke sekolah ini. Memang berbeda dengan SD yang saat awal masuk aku hanya diantarkan oleh ayah dan ibu ke tempat duduk lalu berkenalan satu-persatu. Kegiatan ini membuatku seperti orang gila, karena tampilanku dibuat seaneh mungkin. Dimulai dari kalung permen yang dibuat seperti rantai, topi dari bola yang dipotong, tas yang menggunakan karung, serta kaus kaki yang berbeda sebelah. Malu aku, saat aku harus menggunakan style seperti itu. Namun, bagaimana juga itu adalah syarat supaya aku bisa belajar di sekolah ini.

            Hari pertamaku dibuat sial oleh jam alarm ku sendiri. Aku telat bangun hari ini, ibu tidak membangunkanku. Kesal rasanya kalau menghadapi masalah seperti ini, tetapi mau gimana lagi ini kesalahanku sendiri. Ku ambil handuk lalu bergegas pergi ke kamar mandi. Saat kondisi seperti ini kecepatanku sepertinya melebihi kecepatan cahaya bahkan jika lomba lari bersama citah pasti aku menang. Sialan! Sepagi ini aku sudah dibuat kesal. Air di kamar mandi habis aku bingung bagaiamana caranya aku mandi. Tanpa berpikir panjang aku langsung ke kamar dan mempersiapkan diri pergi sekolah. kusemprotkan parfum sebanyak mungkin supaya badanku tidak tercium bau oleh orang lain. Aku langsung pergi tanpa sarapan terlebih dahulu bersama ayah dan ibu. Kutunggangi sepeda untuk sampai ke sekolah, kulihat disepanjang perjalanan sudah terlihat sepi. Biasanya banyak anak sekolah di jalanan itu, kayuhanku semakin cepat supaya aku tidak terlambat.

            Rasanya lega ketika melihat gerbang sekolah belum ditutup. Sekitar jarak 300 meter aku sudah merasa lega dan aku semakin santai mengayuh sepeda soalnya gerbang juga masih di buka. Akan tetapi, seperti dicabut nyawa rasanya ketika pak satpam akan menutup gerbangnya. Terdengar suara satpam itu ketika melihatku mengayuh sepeda.

"Ayo, cepat! lima detik lagi gerbang akan ditutup!" teriak satpam itu.

            Gila! Lima detik lagi aku harus bisa sampai di sana. Bagaimana caranya, aku 'kan bukan supermen yang bisa terbang dengan cepat.

"Tunggu! Teriakanku dari arah kejuahan."

            Adegan ini kurasa seperti film yang ada di televisi. Aku membayangkan gerakanku itu diperlambat. Dan gibasan rambutku mengayun ke kanan dan ke kiri saat aku berusaha untuk sampai di gerbang itu. Aku turun dari sepeda dan melemparkannya, aku terus berlari supaya aku bisa masuk ke sekolah tanpa telat. Namun, hasilnya tetap nihil saat aku sudah sampai ke gerbang tetapi gerbangnya sudah ditutup terlebih dahulu.

"Pak, tolongin saya dong pak. Saya tidak mau dihukum." Rengekku pada pak satpam.

"Hah? Apa? Saya tidak salah mendengar? Maaf ya dek, peraturan di sisni itu tidak boleh telat," jawab satpam itu.

"Terus saya harus bagaimana pak? Apakah saya harus balik lagi?" tanyaku dengan sedikit kesal.

"Bentar ya, saya tanyakan dulu ke Pak Romli."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun