Mohon tunggu...
Raka Abbiyan Permana
Raka Abbiyan Permana Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Menulis adalah inspirasiku

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gagal Dulu, Gagal Lagi, Sukses Terus!

21 Februari 2021   11:31 Diperbarui: 21 Februari 2021   11:36 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tt-api aku tidak pernah berpikir seperti itu Din," jelasku pada Dinda.

"Mana ada maling ngaku! Ranti yang terkenal baik, sopan, polos itu mana? Sudah hilang Ranti yang dulu! Kamu juga sudah berani pacaran Ran apalagi sama ketua Osis. Sungguh keterlaluan kamu Ran, kamu bisanya hanya menghianati sebuah perjanjian! Dan sekarang kamu udah tahu 'kan foto di mading itu siapa yang menyebarkannya? Ya itu aku!" ucap Dinda dengan segala pengakuannya.

              Dinda meninggalkan aku sendirian di toilet dan kini suaraku mengisi ruang di toilet itu. Penyesalan sekaligus sebuah pembelajaran sudah kutelan bulat-bulat. Setelah kejadian ini aku mempelajari banyak hal dimulai dari hal yang terkecil.

              Aku pulang dan membawa kabar yang menyedihkan. Aku meminta maaf kepada ayah dan ibu bahwasannya aku tidak bisa mendapatkan tiket pertukaran pelajar. Aku sepertinya sudah menjadi anak yang gagal bahkan selalu menipu orang tua akan hasil kerja kerasku sendiri. Namun, namanya orang tua pasti akan selalu mendukung setiap langkah anaknya. Dan benar, ayah dan ibu tidak merasa kecewa kepadaku tetapi mereka bangga karena aku sudah berani untuk melangkah lebih jauh dibandingkan sebelumnya.

              Setahun sudah kejadian itu telah kulewati, Alathas kini tak kunjung datang bahkan untuk bertukar kabar pun tidak pernah. Tidak tahu mau dibawa ke  mana hubungan ini bahkan untuk menyebut kata sudah dalam hubungan  saja kini terasa berat karena harus memutuskan secara sepihak. Dan harus kuputuskan sendiri bahwa hubungan ini harus diakhiri walaupun tidak ada yang saling mengakhiri. Untuk Alathas aku harap kamu akan kembali untuk bertemu dengan bidadari yang selendangnya kau bawa sehingga harus terus diam di bumi.

***

PUPUS HARAPAN

          Dua tahun kemudian. Braaaaaaaak! Aku bantingkan pintu kamarku. Kesedihan kini datang kembali kepadaku seolah tiada hentinya cobaan itu datang kepadaku. Sempat berpikir bahwa Tuhan tidak adil berperilaku kepadaku. Alathas menghilang dan pekerjaan ayah pun hilang. Tempat kerja ayah terpaksa harus menggulung tikar karena di perusahaan itu banyak tikus berdasi yang membawa banyak uang. Sayangnya, kucing penjaga di perusahaan itu terlalu polos untuk menangkap tikus ini. Kini, ayah menjadi pengangguran bahkan uang pesangon dari perusahaan tidak diberi.

              Ayah sampai saat ini belum mempunyai pekerjaan yang tetap. Ayah hanya mengandalkan kerja serabutan dari hasil pertanian di desa. Ibu terpaksa harus bekerja sebagai cuci buruh di rumah tetangga. Dan aku kini menjadi wanita dewasa yang duduk di bangku SMA kelas tiga yang ingin mengejar cita-cita tetapi terhalang oleh biaya.

              Suatu hari saat kami berkumpul keluarga di tengah rumah tiba-tiba ayah membahas masalah kuliah.

"Ran, ayah ingin berbicara sesuatu kepadamu," ucap ayah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun