Mohon tunggu...
Raka Abbiyan Permana
Raka Abbiyan Permana Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Menulis adalah inspirasiku

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gagal Dulu, Gagal Lagi, Sukses Terus!

21 Februari 2021   11:31 Diperbarui: 21 Februari 2021   11:36 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Duh, anak Ayah kayaknya sudah mulai mena ya. Hahahaha," ledek ayahku.

"Ayah, aku nanya serius ke Ayah." Sedikit kesal dengan ledekkan ayah.

"Ututututu abak Ayah bisa marah juga, itu lho luka kamu kenapa katanya kamu mau cerita ke ayah."

"Oh masalah itu, aku kira janji apa ayah."

            Aku jelaskan semuanya kepada ayah atas apa yang terjadi pada diriku ini kemarin. Ayah hanya bisa memberikan beberapa saran supaya aku harus berhati-hati di sekolah. Terutama jika aku harus berusaha dengan anak kepala sekolah yang sombongnya setengah jiwa. Sangat terlihat kepedulian ayah melalui percakapan singkat ini. Sesampai di sekolah aku mengikuti kegiatan dengan lancar tanpa ada hambatan dan gangguan sedikitpun. Jadwal kegiatan hari ini yaitu pengenalan guru-guru di sekolah, ekstrakulikuler, dan program unggulan di sekolah ini. Dan ternyata di sekolah ini terdapat program unggulan berupa pertukaran pelajar. Dari situ aku merasa tertarik dan bersedia untuk mengikuti program tersebut. Hitung-hitung mewujudkan mimpi ayah yang selalu menaruh harapan penuh kepadaku. Dari pertemuan itu dijelaskan bahwa pertukaran pelajar syaratnya harus bergabung dengan organisasi di sekolah terutama Osis. Dan bisa menambah poin tambahan jika memiliki jabatan sebagai ketua Osis.

            Namun, aku harus berpikir dua kali karena jika aku harus ikut keanggotaan Osis pasti nanti aku akan bertemu dengan pria kepala batu itu. Dan pastinya aku akan diperlakukan seenaknya oleh dia, secara tugas ketua Osis yang aku tahu tunjuk sana-sini. Namun, aku harus berdiskusi terlebih dahulu dengan ayah supaya jelas ke depannya aku harus berbuat apa.

            Memang aku adalah anak satu-satunya yang ditaruhkan sebuah harapan yang besar di keluargaku terutama Ayahku. Dan aku adalah putri yang sangat dibenci oleh ibuku sendiri. Dan aku anak yang pernah gagal di waktu itu dan dengan ini aku ingin menjadi anak yang sukses untuk keluargaku. Permintaanku untuk sukses itu hanya memiliki satu tujuan yaitu melihat ibu tersenyum dan tidak selalu menyudutkan diriku.

            Hari ini aku pulang lebih awal dan aku pulang menggunakan kendaraan umum. Di rumah hanya ada aku dan ibu karena ayah harus kerja. Saat aku masuk ke rumah, terdengar suara tangisan di dalam kamar ibu. Karena rasa penasaranku tinggi kudekatilah sumber suara itu dan memastikannya bahwa tangisan itu dari kamar ibu. Dan benar, terlihat ibu yang sedang menangis sambil memegang foto Kak Clafita. Aku dengarkan tangisan ibu, siapa tahu ada jawaban yang bisa aku simpulkan mengenai sifat ibu kepadaku. Dan beruntung sekali pintu kamar ibu terbuka sedikit. Dari tangisan itu terdengar bahwa ibu menyebut-nyebut namaku.

"Cla ... maafkan Ibu nak, Ibu tidak bisa menjagamu. Ibu sudah menjadi orang tua yang gagal karena tidak bisa menjagamu. Dan maafkan Ibu Cla ... karena Ibu tidak bisa memberikan sifat Ibu yang asli kepada adikmu Ranti. Karena Ibu masih merasa kehilangan kamu Cla. Rasanya Ibu sangat sulit untuk membuka hati ini untuk bersikap adil kepada adikmu," ucap ibu sambil berusaha menahan tangisnya.

            Bagai ditampar petir kata-kata itu membuat hatiku hancur. Ternyata itu yang membuat ibu merasa benci kepadaku. Dan ternyata itu alasan yang membuat ibu selalu membandingkanku dan menyudutkan aku. Ternyata ibu belum ikhlas dengan kepergiannya Kak Clafita. Ibu tidak pernah memikirkan perasaanku, ibu selalu berpikir bahwa aku harus bisa segalanya dan tidak boleh melakukan kesalahan. Sungguh tertekan hidup dalam sebuah kekangan. Kamar menjadi tempat pelarian dan tangisan sebagai kunci pengaduan. Dan sembahyang sebagai kunci ketenangan dan kutadahkan tangan sembari menyebut asma Tuhan.

"Ya Allah, berikanlah hati yang luas untuk Ibu hamba. Hamba ingin, Ibu mengikhlaskan kepergian Kak Cla. Dan berikan kekuatan di dalam hatinya untuk menghadapi masalah di dunia ini yang fana Ya Allah." Pintaku pada Tuhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun