Mohon tunggu...
Raka Abbiyan Permana
Raka Abbiyan Permana Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Menulis adalah inspirasiku

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gagal Dulu, Gagal Lagi, Sukses Terus!

21 Februari 2021   11:31 Diperbarui: 21 Februari 2021   11:36 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Setelah berpamitan kepada ayah pria kepala batu itu langsung pulang. Ayah memutuskan untuk pergi ke dalam terlebih dahulu. Sedangkan aku memperhatikan pria itu hingga tidak terlihat jejak motornya. Aku senyum-senyum sendiri ketika memperhatikan Kak Alathas karena lucu saja pria seaneh itu mau mengantarkanku. Namun, kuhapus bayang-bayang itu karena aku tetap saja kesal kepadanya. Aku langsung masuk saja ke rumah untuk membersihkan diri karena hari ini aku belum mandi sama sekali.

"Dari mana saja? Baru saja masuk sekolah tetapi pulang ke rumah telat sampai malam lagi pasti kamu main dulu 'kan?" tanya ibu padaku.

            Aku tidak terlalu peduli dengan perkataan ibu karena bagaimana pun kalau aku menjelaskannya pasti ibu tidak akan percaya. Langsung saja aku pergi ke kamar untuk siap-siap makan malam. OMG! Pasti tadi Kak Alathas mencium bau badanku yang belum mandi ini. Namun, aku tidak peduli biarkan saja dia semakin jijik kepadaku.

            Rasanya sangat lega ketika badanku sudah wangi dan memakai baju yang layak pakai tanpa aksesoris aneh seperti seragam sekolah. Dan sangat kenyang ketika perutku sudah diisi oleh makanan yang sangat sedap. Setelah makan malam aku pergi ke kamar untuk istirahat karena hari ini sangat lelah sekali belum lagi MOS 'kan masih seminggu ke depan.

            Hamparan pulau yang berisi kapuk melambai-lambai seperti mengajakku untuk berlibur di pulau itu. Siapa yang akan menolak jika diajak kepada sebuah kenyamanan. Kulempar diriku ke atas kasur dan menikmati indahnya malam itu. Akan tetapi, bayang-bayang muncul di atapku terdapat dua orang pria yang tampan. Sialan! Malam ini aku tidak bisa tidur karena bayang-bayang itu. Kenapa Kak Alathas harus hadir di malam ini dan pria tadi yang memberikanku minuman juga terlintas di benakku ini. Namun, aku harus menghapus bayang-bayang itu karena tujuanku bukan itu.

            Malam ini benar-benar malam yang membuatku bimbang karena harus dihadapkan bayangan itu. Aku sudah berusaha menghapus bayangan itu tetapi yang berhasil terhapus yaitu pria yang memberikan minuman segar itu sedangkan pria kepala batu sulit untuk aku hapus dari memoriku. Tuhan kenapa aku harus memikirkan dia dan kenapa harus dia yang datang kepadaku. Aku hanya bisa senyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi karena aneh saja pria sedingin itu bisa romantis juga. Cape juga ya memikirkan hal yang terlalu keras itu, solusinya hanya ada dua supaya aku bisa tidur malam ini yaitu matikan lampu dan kutarik selimut dan tertidur dalam gelapnya malam ini.

            Aku bangun lebih awal hari ini karena takut terlambat seperti kemarin. Aku siap-siap lebih awal karena harus berkejaran dengan waktu dan aku pun langsung pergi sarapan pagi. Tak lupa bekal hari ini aku masukkan ke dalam tas supaya aku tidak kelaparan di sekolah karena sekolah pulangnya sore hari. Hari ini ayah mengantarkanku ke sekolah karena sepedaku di sekolah dan rusak jadinya aku berangkat diantar ayah. Di sepanjang jalan ayah memberi nasihat kepadaku dan membicarakan masalah pendidikan supaya aku bisa sukses. Dan ayah menaruh harapannya kepadaku bahwa aku harus sukses.

"Nak, sekolah yang benar ya. Kamu adalah harapan ayah," ucap ayah padaku.

"Baik Ayah, Ranti pasti akan mewujudkan hal yang ayah inginkan," sahutku.

            Saking terharu karena ayah menaruh harapan itu kepadaku air mata mengalir begitu saja. Ayah pun melihat saat air mata jatuh dari kantung mataku karena terlihat dari kaca spion. Dan tidak terasa sudah sampai ke depan gerbang sekolah. Aku langsung berpamitan kepada ayah dan meminta doa restu supaya hari ini dilancarkan sekolahnya.

            Ketika masuk ke dalam lingkungan sekolah, terlihat banyak anak-anak baru yang seangkatan denganku sedang mengerumuni mading sekolah. Rasanya aku pun ikut penasaran dan ingin melihat apa yang sedang diperbincangkan oleh mereka. Setelah aku menghampiri mading, ternyata di sana terpampang fotoku bersama Kak Alathas ketika pulang bersama kemarin. Hatiku hancur ketika melihat foto itu, ini kali keduanya aku dipermalukan di sekolah ini. Aku langsung saja lari ke kamar mandi untuk meluapkan emosi ini dan di sana aku hanya bisa menangis. Aku tidak tahu siapa yang memajang foto itu bahkan aku tidak tahu tujuan orang itu memasang foto itu untuk apa. Geram rasanya ketika aku dipermalukan seperti ini dan jika aku tahu siapa orangnya pasti aku langsung memarahinya dan menanyakan apa maksud tujuan dia melakukan hal itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun