Hari ini aku bersama keluarga pergi ke rumah nenek. Di sepanjang jalan aku diam saja, tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulutku. Mukaku terlihat pucat seperti mayat, terlihat dari kaca bagian depan mobil. Ibu dan ayah tidak membuka sedikitpun pembicaraan mereka juga ikut terdiam. Kami sampai di rumah nenek itu malam, karena perjalanan Yogyakarta-Surabaya sangat memakan waktu.
      Sangat bersyukur sekali bisa datan lebih awal dibandingkan saudara yang lain. Jadi aku bisa memberitahu nenek tentang masalahku, supaya nenek tidak membahas tentang sekolah. Kebetulan malam itu nenek sedang ada di kamarnya, melihat kesempatan itu aku langsung pergi ke kamar nenek dan menutup pintunya rapat-rapat.
"Nek ... aku ingin berbicara dengan Nenek," ucapku.
"Boleh Ranti, ada apa denganmu?" jawab nenek.
"Nek, aku mohon Nenek tidak membicarakan hal ini kepada saudara yang lain ya Nek, aku malu."
"Iya Ranti, Nenek tidak akan menceritakan hal ini. Tetapi apa masalahmu sekarang?" tanya nenek.
      Tidak terasa aku menangis di kamar nenek, sebenarnya aku sangat malu untuk menceritakan hal ini.
"Aku tidak lulus Nek." Jawabku dengan lirih.
"Apa? Kenapa itu terjadi? Apakah Nenek tidak salah dengar?" jawab nenek dengan kaget.
"Tidak Nek, ini benar. Aku tidak naik kelas maafkan aku ya Nek dan aku minta tolong kepada Nenek untuk tidak membahas masalah ini di depan saudara." Perintahku kepada nenek.
      Tangisanku semakin menjadi hingga nafasku terengah-engah. Pagi tiba, tak sadar semalam aku tidur di kamar bersama nenek. Aku bangun dari tempat tidur dan aku langsung mengambil handuk untuk pergi mandi.