Mohon tunggu...
renanda agung kharisma putri
renanda agung kharisma putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah mahasiswa semester 1 jurusan PKK yang memiliki hobi menari, membaca novel, dan mengarang cerita. saya merupakan pribadi yang introvert yang mudah tertarik dengan hal hal baru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengapa Harus Si Dingin Itu?

29 November 2022   22:23 Diperbarui: 29 November 2022   22:50 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika saja sekarang ini sedang tak ada di pesta, mungkin aku akan berteriak dan mengatakan "AKU TAK INGIN MEMPUNYAI PASANGAN HIDUP SEPERTINYA." ya seperti itulah.

"Senang bisa bertemu anda disini paman." Ucap Jun dengan senyum tipis.

"Jangan memanggilku paman, panggil aku ayah, anggap saja sekarang aku sebagai ayahmu sendiri, okay?" Pinta ayah, Jun mengangguk patuh pada apa yang dikatakan ayah.

"Oh iya sayang, kau melupakan ini." Ayah menyodorkan ku sebuah benda pipih berteknologi canggih, OMG my phone!

"Bagaimana ayah tau jika aku akan datang ke pesta ini?" Tanyaku sambil mengambil ponselku.

"Jun menelfonku tadi pagi, ia mengatakan bahwa kau akan menghadiri pesta ini, jadi sekalian ayah bawakan ponselmu." Untuk menanggapi pertanyaan ayah tadi, aku hanya ber-oh ria. Perbincangan pun berlanjut cukup lama yang membuatku tak tahan untuk buang air kecil, tak ingin mengompol di keramaian, aku pun ijin permisi sebentar untuk ke kamar kecil.


Singkatnya aku sudah buang air kecil di toilet sudut ruangan, aku hendak kembali ke pesta yang diadakan, mendadak aku merasa ada yang mengekoriku dari belakang, aku ingin menangkap basah si stalker tersebut, jadi aku tak menoleh ke belakang dan hanya berdiam di tempat, aku yakin ia pasti sembunyi sekarang, aku melepaskan heels ku agar tak terdengar suara langkah ku, aku juga ikut bersembunyi di koridor samping tempatku berdiri. Benar saja ada seorang laki laki yang berjalan cepat dan berhenti di posisi awalku, dia terlihat geram karena kehilangan mangsanya. Ku hantam belakang kepalanya dengan heels ditanganku, aku rasa tidak akan mudah untuk mengalahkannya, buktinya saat ku hantam kepalanya dia hanya meringis kesakitan.

Mata cokelat ku kini berubah menjadi keemasan, menandakan hampir seluruh tubuhku dikuasai oleh Jane, pria asing itu hendak meninjuku tetapi aku berhasil mencekal pergelangan tangannya, dengan sigap dan secepat kilat aku meninju balik perutnya dan mencakar pipi kirinya sehingga cakaran wolf ku terpampang jelas disana. Walaupun menggunakan gaun press body aku masih bisa membanting tubuh pria yang 2x lebih besar dariku. Dia terbaring memegangi perut dan pipinya yang pastinya sakit luar biasa, aku tersenyum puas bisa mengalahkan pria penguntit seperti dia.

Tep!

Byuuurr

Aku terkejut mendapati ada yang menyiramku dengan air sampai sampai aku tersadarkan dari pingsan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun