Mohon tunggu...
renanda agung kharisma putri
renanda agung kharisma putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah mahasiswa semester 1 jurusan PKK yang memiliki hobi menari, membaca novel, dan mengarang cerita. saya merupakan pribadi yang introvert yang mudah tertarik dengan hal hal baru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengapa Harus Si Dingin Itu?

29 November 2022   22:23 Diperbarui: 29 November 2022   22:50 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terima kasih paman." Ucapnya diikuti Matt yang berdiri dan berjalan keluar, saat ia hendak keluar Matthew menepuk pundak Jueno seraya mengatakan sesuatu

"Turuti apa kata ayah, dan jangan membuat kekacauan." Ujarnya sambil tertawa. Apa yang dikatakan Matthew hanya dibalas dengusan kesal, tatapan tajam, dan Jun yang setelahnya membuang muka kepada kakaknya itu.

Beruntung sekali wanita yang menjadi Mate dari Matthew mendapatkan pria sebaik dan sehangat dia, tak seperti adiknya yang dingin itu. Membayangkannya saja membuat bulu kuduk ku merinding.

Ketika perbincangan setelah kepergian Matthew dilanjutkan, aku teringat ada suatu pekerjaan sedang menungguku di dapur mansion ini, jadi aku berpamitan tidak bisa menunggu obrolan mereka terlalu lama lagi. Secepatnya aku berjalan menuju dapur.

Saat aku sedang berjalan di salah satu koridor lebar yang terlihat sepi, tiba tiba ada suara yang memanggilku

"Hey, kau!" Seru suara bariton yang memanggilku terdengar sangat dingin. Jangankan menjawab, menoleh saja aku harus berpikir ulang apakah itu suara manusia atau.....


"Aku memanggilmu bodoh. Memangnya ada siapa lagi disini?" Maki nya padaku

Baiklah, ini bukan hantu, hantu tidak akan memaki orang seperti itu. Dengan cepat aku menolehkan kepalaku kebelakang dan.....

Hell.... Si dingin itu

"Apa yang kau lihat huh? Aku memanggilmu jadi kemarilah." Suruhnya kasar.

Tak ingin membuatnya bertambah marah, aku berjalan sedikit pelan menghampirinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun