Aku hampir terperanjat kaget mendengarnya, tetapi untungnya aku sudah bisa menebak siapa yang datang.
"Tidak ada yang menyuruhku, sengaja saja aku datang kesini." Jawabku nada ketus.
Jun tersenyum, senyum dalam artian membingungkan bagiku. Tanpa kusadari ia maju perlahan kearahku, saat aku menoleh ia melepaskan dasinya dan memainkannya, seakan mempunyai makna tersembunyi dibalik gerakannya itu.
Aku dibuat terkejut ketika ia membopong tubuhku dan mendudukkannya di sofa depan televisi.
"Kau telah memasuki sarang ular, sayang." Ucapnya berbisik didepan wajahku.
Aku memicingkan mata bingung, maksudnya? Apa di mansion ini dia memelihara banyak ular?
"Ini adalah ruangan pribadiku." Bisiknya ditelingaku dan dilanjutkan sapuan basah lidahnya tepat dimana iya menancapkan taringnya waktu awal kita bertemu tempo hari.
Sontak aku mendorong tubuhnya. Walaupun aku werewolf, tetapi tenaganya begitu hebat, aku sudah mengerahkan seluruh tenaga wolfku untuk mendorongnya tetapi semua itu sia sia. Kali ini Jun mulai menciumi, menghisap dan lambat laun jilatannya semakin buas. Aku telah memperingatkannya untuk segera berhenti, tapi apa dayaku dia lebih kuat dariku dan lebih mesum tentunya. Jun menciumi leherku hingga perlahan ia naik ke atas rahangku. Entah mengapa aku sangat menikmati apa yang dilakukan Jun, beberapa desahan meluncur sempurna dari mulutku, dapat kurasakan ia melepaskan beberapa kancing atas bajunya. Menurutku ini akan sedikit lama, tak lama setelahnya ia menghentikan kegiatan neck kiss nya tersebut dan tersenyum lembut tepat di depan wajahku.
"Grouuuurrrr, kau terlalu banyak berpikir Grace, biarkan aku yang mengklaimnya sekarang." Seketika Jane, serigala yang ada dalam tubuhku mengambil alih semuanya sehingga tak kuasa mengendalikan diriku untuk tidak mencium ganas pria jakung yang ada di depanku ini. Ya begitulah, ciuman ganasku mengagetkan Jun, bahkan sekarang tubuhnya ada di bawahku, yup kini aku yang mengambil alih semuanya. Oh astaga sejak kapan aku menjadi semesum ini?
Sekitar satu jam atau dua jam kami melakukan ritual mesum itu, akhirnya aku beranjak menjauhinya dan berniat untuk keluar ruangan terlebih dahulu. Niatku itu gagal beriringan dengan Jun yang mencekal pergelangan tanganku dan menariknya sehingga aku terduduk dipahanya. Nada yang tak beraturan terpacu cepat pada jantungku, tatapan matanya seolah terdapat suratan kasih untukku, aku terhanyut oleh belaiannya. Apa aku mulai mencintainya?
"Bersiaplah sebelum jam tujuh malam, aku tak ingin menunggu dan tak ingin membuatmu menunggu." Tegasnya