Mohon tunggu...
renanda agung kharisma putri
renanda agung kharisma putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah mahasiswa semester 1 jurusan PKK yang memiliki hobi menari, membaca novel, dan mengarang cerita. saya merupakan pribadi yang introvert yang mudah tertarik dengan hal hal baru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengapa Harus Si Dingin Itu?

29 November 2022   22:23 Diperbarui: 29 November 2022   22:50 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum ia pergi, Jun mengecup singkat bibirku, mengangkat dan mendudukanku di sofa panjang ruangan ini. Aku baru tersadar dari hipnotis keindahan darinya setelah ia pergi, dan seperti yang kalian ketahui, aku ditinggalkan sendirian olehnya. Menyebalkan sekali bukan?

Kiza berpesan agar jam setengah enam malam aku harus sudah bersiap-siap. Untuk makeup, Kiza sentiasa merelakan waktu dan tenaganya untukku, manis sekali. Anggota keluarga Parvez tidak terlihat sejauh aku menuruni anak tangga, kemana mereka semua? Cepat cepat ku singkirkan penasaranku itu dan berfokus pada tujuanku mengapa aku keluar kamar, ya aku ke kamar Kiza untuk berdan dan bersiap siap disana, bahkan aku sudah membawa gaunku yang sudah ku sampirkan pada lenganku.

Sampai di kamar Kiza, aku langsung disambut tools makeup miliknya dan senyum penuh semangat dari pemilik kamar ini. Tanpa banyak bicara, aku didudukkan tepat berhadapan dengan kaca rias. Sebelum duduk di kursi rias, ku dahulukan untuk memakai gaun pemberian Jun yang sudah kupilih. Merias pun dimulai, hanya butuh waktu 45 menit untuk Kiza merias diriku, aku tak ingin rambut panjangku dimodifikasi yang aneh-aneh karena aku rasa lebih nyaman seperti ini saja tanpa harus aku memodelnya, toh ini hanya pesta tidak akan ada yang keberatan jika aku tidak memodel rambutku.

Tibalah saatnya aku turun ke bawah, aku sangat gugup. Memang aku sering menemani ayah ke acara pesta bersama kolega bisnis juga reuninya dengan kawan-kawan lama ayah, tetapi entah mengapa aku merasa segugup ini.

Baru saja aku melewati sekitar 7 anak tangga, aku sudah disuguhkan pria yang duduk di lengan sofa asyik memainkan ponsel canggihnya, bisa kutebak siapa dia yang bertengger kaku disana.

Suara heels ku bernada nyaring, ketika ku berjalan menyadarkan pria itu bahwasanya ia kini tak sendirian lagi di ruang tamu. Pria yang mengenakan setelan kemeja strip hitam putih dibalut sweater hitam dengan sepatu pantofel itu menatapku intens tanpa mau berpaling ataupun berkedip, aku berjalan malu kearahnya tapi ia tetap tak bergeming, pria itu menelisikku dari ujung kaki hingga ujung rambut membuatku kian bertambah malu dibuatnya.

"Ayo." Ajak pria jakung itu singkat
Kami pun masuk kedalam mobil yang sudah terparkir di depan pintu utama beserta supirnya.

Singkat cerita, sepanjang perjalanan kami diam satu sama lain, Jun yang asyik memainkan ponselnya, dan aku yang memandang bosan jalanan beraspal. Tak kusadari mobil pun berhenti di sebuah parkiran hotel mewah berkelas, terdengar suara pintu mobil yang tertutup di sebelahku dibarengi pintu didekatku terbuka. Seseorang mengulurkan tangannya untuk ku gapai, tetapi aku menolaknya.

"Aku bisa turun sendiri." Titahku

"Jangan membantah." Ucapnya dengan nada sedikit mengancam.

Apa boleh buat, jika aku egois dan tidak menuruti apa perintahnya, akibatnya akan sangat buruk untuk saat ini. Aku menurutinya, kali ini ia mengode dengan mengacak pinggangkan tangan sebelah kanannya, yang berarti aku harus bergandengan dengannya. Baiklah aku mengalah untuk saat ini, tapi mungkin setelahnya dia yang harus mendengarkan ku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun