Mohon tunggu...
renanda agung kharisma putri
renanda agung kharisma putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah mahasiswa semester 1 jurusan PKK yang memiliki hobi menari, membaca novel, dan mengarang cerita. saya merupakan pribadi yang introvert yang mudah tertarik dengan hal hal baru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengapa Harus Si Dingin Itu?

29 November 2022   22:23 Diperbarui: 29 November 2022   22:50 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau akan mencoba pakaianmu, dan jangan khawatir dengan hickey mu itu, aku akan menutupinya dengan make-up ku. Jadi tenang saja." Ujar Kiza tersenyum sambil mendudukanku di kursi rias. Aku hanya mengangguk patuh dan tersenyum kepadanya. Kiza mengambil alat makeup dan mulai mendadani ku hingga kurang lebih 30 menit, setelahnya aku mengganti baju dengan dress yang tadi ku pilih.

For god's sake, aku tak menyangka hasilnya melebihi ekspektasi ku, aku benar-benar terlihat anggun dan body goals mengenakan gaun ini ditambah lagi riasan Kiza yang membuatku sangat seksi. Aku mematutkan diriku di cermin, dalam hati aku memuji muji penampilanku sendiri, tak sia sia Kiza mendandaniku hingga kelelahan hehehe.

"Wow Grace, kau terlihat mengagumkan. Jun tidak akan melepaskan pandangannya darimu." Puji Kiza. Semburat merah sedang muncul di kedua pipiku sekarang.

"Ayo ikut aku, kita turun sekarang. Hal seperti ini harus diabadikan." Ajak Kiza penuh antusias.

Kiza mengajakku turun, ia merogoh saku cardigan yang ia kenakan. Barang yang ia cari sudah ia dapatkan, sebuah benda pipih berteknologi terkini yakni ponsel canggih ia arahkan kamera belakang tersebut kearahku.

"Berpose lah Grace, aku akan memotret mu." Teriak Kiza yang berada beberapa meter jauhnya dariku.


Aku berpose ala kadarnya, itu pun hasilnya tak seberapa bagus menurutku.

 "Grace, lihatlah hasil fotomu. Sungguh cantik bukan?" Pekiknya sambil memperlihatkan hasil tangkapan gambar tadi.

Setelah menuruti apa kemauan bumil satu ini, aku langsung berganti baju dan menghapus makeup ku dengan micelar water milik Kiza.


Ya seperti yang kalian ketahui, aku sangat bosan duduk sajadi mansion ini, jadi tak ada salahnya aku sedikit berkeliling untuk mengenali sudut sudut mansion ini. Tetapi ada salah satu ruangan di tengah koridor lantai 3, ruangan itu selalu tertutup oleh pintu kayu berukiran rumit. Entah aku tersambar setan apa, rasa penasaranku mengalahkan rasa sungkanku, aku mencoba membuka pintu itu. God blessed me! Pintunya tak terkunci, ternyata ruangan itu adalah sebuah ruang kerja dengan sofa berbahan dasar kulit mahal pendek, dan di seberangnya terdapat televisi LED yang kira kira ukurannya 55 inch tergantung dengan mewahnya disana, tetapi disana juga terdapat meja bar? Aku sedang melihat lihat setiap arsitektur ruangan ini, minimalis tetapi dapat membangkitkan rasa nyaman. Sesekali aku menyentuh minuman beralkohol merk ternama, hingga aku berhenti dan menghadap ke meja kerja yang terdapat di sudut ruangan, tersusun sangat rapi.

"Siapa yang menyuruhmu kesini sayang?" Bisik suara bariton yang tak asing bagiku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun