Mohon tunggu...
renanda agung kharisma putri
renanda agung kharisma putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah mahasiswa semester 1 jurusan PKK yang memiliki hobi menari, membaca novel, dan mengarang cerita. saya merupakan pribadi yang introvert yang mudah tertarik dengan hal hal baru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengapa Harus Si Dingin Itu?

29 November 2022   22:23 Diperbarui: 29 November 2022   22:50 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"FUCK YOU!" Dia kembali menciumku, kali ini lebih kasar. Kemudian ciumannya itu turun perlahan kearah leherku, dia menyapukan lidahnya ke leher putihku kemudian dia menggigit leherku, gigitannya benar benar sakit sampai aku mendengar suaranya menenggak sesuatu, Hell... He's half vampwolf

"Sa... Sakiiit" Erangku tergagap.
Mungkin dia mendengar apa yang aku ucapkan sehingga dia menghentikan aktivitasnya itu dengan bibir yang masih terdapat bercak merah bekas darahku

"Mate, my Mate. You're mine now."

Walaupun sekarang aku gemetar menghadapinya, tapi sisa sisa keberanian di dalam diriku masih sentiasa berkobar. Buktinya saja aku masih menatap tajam mata bulatnya menyebalkan itu.

"Lepaskan aku!" Ucapku pelan namun penuh penekanan

"Kau masih belum mencintai ku, huh? Tetapi tak apa aku akan membuatmu tergila gila padaku dalam waktu satu pekan." Klaim yang tak masuk akal bagiku.


Untung saja dia segera melepas pelukan ketatnya itu dariku. Tapi, wait. Dia menarik salah satu tanganku isyarat aku harus mengikutinya, dia berjalan sambil menarikku terburu buru. Aku tak bisa menandingi kecepatannya melangkah, sesekali aku tersandung kakiku sendiri, tapi apa? Dia tidak berhenti menarikku bahkan ketika aku mancakar tangannya dengan kuku wolf ku, dia tak berkutik dia tetap bersih kukuh menarikku hingga aku sadar dia akan membawaku kemana.

"Ayah, paman, aku sudah menemukan Mate-ku, bolehkah aku pergi sekarang?" Terburu-buru sekali dia.

"Ayah tau kau sudah menemukan Mate-mu, tapi setidaknya ijinlah dengan sopan kepada calon mertuamu." Perintah paman Stuart dengan menunjuk ayah sebagai inti yang dibicarakan paman Stuart.

"Tanpa ditanya aku pasti mengijinkan mereka, Stuart. Lagipula ayah mana yang tidak bahagia jika melihat putri semata wayangnya menemukan cintanya, terlebih lagi jika putrinya tidak mau mencari pasangan hidupnya sendiri." Ucap ayah sarkas seraya melirikku.

Aku rasa ayah sekarang ini tidak berada di pihak ku, jadi yang bisa kulakukan hanya mengerutkan dahi dan memajukan bibirku 5 centi ke depan. This is so sucks!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun