"Syukurlah... kau selamat. Aku adalah asli keturunan pribumi, aku menjadi tentara Jepang untuk kembali ke Jawa. Namun, takdir memang kejam nak, orang tuaku pun mati dalam peperangan. Dan aku..."
Belum sempat tentara Jepang itu melanjutkan kata-katanya, Shepo kembali mengeluarkan teriakan histerisnya.
"Arrgghh... tidak, biarkan aku terbunuh. Aku mau menyusul kedua orang tuaku!!"
Shepo mulai meronta-ronta dan menimbulkan goncangan perih pada tubuh tentara Jepang yang penuh luka itu.
"Arrghhtt...uhuk..uhuk..."
"Ahh... maafkan aku, bertahanlah...ayo kita ke rumah sakit."
Tiba-tiba Shepo terhenti dari amukannya begitu menyadari penyelamat nyawanya mulai sekarat berusaha memanggulnya seperti saat ia hendak membawa bapaknya tadi ke rumah sakit.
"Arhggt..tidak usah nak, aku sudah hampir mati."
Prajurit Jepang itu merintih dan menolak panggulan Shepo. Sebaliknya, ia berusaha sekuat tenaga berusaha pada posisi duduk dan mendudukkan Shepo di sebelahnya.
"Maukah sebelum ini aku mati, kau mendengarkan aku..."
Tentara Jepang itu memegang kedua bahu Shepo dan menatapnya lemah.