Shepo mulai berada dalam bidikan senapan kompeni. Ia pun segera mempersiapkan senjatanya. Kemudian mulailah Shepo tanpa perlindungan melempari bebatuan hampir bebarengan dengan letusan senapan.
"Door...dooor..."
"buagh...buaght..."
"Arrggth..."
Sepertinya lemparan Shepo tepat mengenai sasaran, namun pandangannya buram seketika merasakan panas dan perih di lengan kirinya. Rupanya ia terserempet peluru, namun tidak mengendap di tubuhnya... hanya lewat. Ia pun terheran-heran perasaannya di dalam kesadarannya yang sempat goncang sesaat, ia merasa sesak sekaligus hangat.
"Oh... apakah aku sudah di surga bersama bapak dan ibu?"
Pikirannya meleset kala ia membuka matanya perlahan-lahan.
"Argghtt..."
Suara rintihan yang begitu dekat dengannya segera mempercepat kesadaran Shepo seketika. Tubuh Shepo merasa berat dan sulit bergerak, ternyata ia tertindih salah satu prajurit Jepang yang memeluknya dengan napas tersenggal dan mulai melemah rengkuhannya. Sementara di sisinya tergeletak tak bernyawa tentara kompeni yang tadi menyerangnya.
"Kamu menolongku, mengapa...?!"
Teriak Shepo tidak percaya, padahal mereka tidak saling kenal. Apalagi ia pasukan yang sedang menyerang. Hati Shepo dipenuhi tanda tanya.
"Ah,kau tidak apa-apa nak?"