"Eh, dia itu bukannya...?"
Ziporah terperangah sampai ia tidak melanjutkan kata-katanya yang langsung disahut oleh Arslan saat ia menoleh arah yang dituju pandangan Ziporah.
"Ya... aku pun sama kagetnya seperti kamu waktu mendapatinya di sana. Aku bawa oleh-oleh 'kenangan lama' yang bagus kan?"
Arslan mencoba kembali mencandai Ziporah yang langsung disambut cubitan liarnya. Arslan kembali terkekeh-kekeh, sementara Raymond dan Rinten pun mendekati mereka karena penasaran dengan keonaran apalagi yang Arslan buat pada anak majikannya itu.
Rombongan mereka pun terpecah menjadi dua: rombongan Fadli mengarah ke kantor "Warta Juang" dan rombongan Ziporah meluncur menuju kompleks Universitas Gajah Mada. Rombongan yang dibawa Ziporah bertanya-tanya hingga mereka berhenti di pelataran parkir sebuah rumah sakit. Apa yang membuat kedatangan mereka baru saja tiba setelah sekian lama harus melanjutkan pertemuan mereka di rumah sakit?
*******
"Tuan Mattew...?!"
Raymond yang dibawa Ziporah dan Rinten pun terbelalak begitu mendapati kejutan setelah pintu kamar rawat inap 212 itu diketuk dan dibuka oleh Rinten dari luar kamar. Sementara sesosok pria setengah baya yang sedang terbaring lemah itu tak bergeming menjawab kehadiran pemuda-pemudi yang kini berhamburan masuk di ruangan itu.
"Ya Tuhan, apa yang sedang terjadi dengan Tuan... Rin, kenapa kamu dan Nona Ziporah tidak mau menceritakan apa-apa di perjalanan tadi...?"
 Raymond membuka suara sambil berjongkok menundukan badan hingga kepalanya sejajar dengan pembaringan dan memegangi telapak tangan tuannya yang sedang dalam keadaan koma, sementara Arslan dan seorang 'kenangan lama' yang membuat Ziporah  terkejut masih tertegun dan canggung akan keadaan itu.
Namun, belum sempat mereka menambah momentum temu kangen itu, dua orang juru rawat masuk dan memberitahu mereka bahwa jam besuk sudah habis, dan Mattew akan kembali menjalani pemeriksaan. 'kenangan lama' itu pun segera menyarankan Ziporah untuk membawa mereka pulang.