Tak lama kemudian resepsionis itu menutup telepon serta kembali ke arah Raymond seraya mengembalikan kartu identitasnya dan mensinyalir untuk menunggu di ruang tunggu yang dipenuhi beberapa kursi saling berbanjar rapi yang berhadapan dengan ruang resepsionis yang hanya dipisahkan oleh ruang lega untuk arus keluar masuk antara lorong dalam gedung dan pintu masuk utama.
Seketika Raymond berbalik badan ia masih merasakan perasaan yang mengganjalnya karena ternyata Arslan masih memandang tajam padanya. Arslan pun segera menoleh dan mencoba mengumbar senyum ramah pada Arslan yang kemudian mengulurkan tangan pada Raymond yang kemudian menyambutnya dengan agak ragu-ragu.
"Hai Tuan Raymond, perkenalkan saya Arslan. Bisa kita bicara sambil duduk di sana?"
"Baik, mari..."
Arslan pun memandu Raymond ke tempat duduk dan kemudian sejenak mereka saling berpandangan diam. Kemudian Arslan pun kembali menanyainya.
"Anda sepertinya orang dari ujung Timur, Pak Raymond. Kalau boleh tahu, dari mana anda berasal?"
Arslan mencoba menatap hangat untuk mendekati perkenalan dengannya. Raymond pun menyambut dengan senyum khasnya yang ramah.
"Ya, seperti yang anda bisa duga. Hehehe... Anda sendiri dari mana?"
Raymond memberi tanda oke sembari menanyakan balik Arslan sambil terkekeh. Arslan berpikir sejenak dan menyimpulkan bahwa ia sedikit tertutup untuk asal-usul, ya faktor awal waspada mungkin menjadikan orang-orang sepertinya tidak begitu blak-blakan.
"Hahaha... baik Pak Raymond, setidaknya asal saya tidak sampai menyebrangi pulau ini. Tapi, hampir saja...hehehe."
Arslan pun membalasnya pula dengan bahasa simbolis sambil ikut tersenyum ceria untuk membuncahkan suasana awal pertemuan mereka. Raymond pun ikut tertawa bersama-sama.