Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

NASAKOM | Naluri Sambar Komplikasi

20 Mei 2018   09:55 Diperbarui: 20 Mei 2018   10:30 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hihihi... begini Arslan, bisakah hari ini kamu mengantarkan Aku dan Mama ke kantor?"

Ziporah menatap lembut Arslan yang kini tak berkedip memandangnya.

"Ah baik non Ziporah, tapi bagaimana dengan Tuan?"

Tanya Arslan yang berusaha menguasai diri menghadap bidadari cantik di depannya, jangan sampai ia terlena oleh bayangan yang tidak-tidak.

"Papa akan pergi bersama kakak, jadi... siapkah kamu hari ini?"

Ziporah kembali menanyakan kesanggupan Arslan dengan aksen Yunani-nya yang kental turunan dari ayahnya. Ia kemudian memandang lekat Arslan sembari tersenyum simpul.

"Siap non, lihat mobil non ini dan saya sudah semangat 45. Siap tempur non..."

Tukas Arslan seraya bergaya dirinya di dekat juntaian tangkai spion sambil menepuk beberapa kali kap mesin mobil di belakangnya. Ziporah pun kembali tersenyum geli seraya mengangguk pelan.

"Okay,kalau begitu satu jam lagi kita akan berangkat. Saya masuk dulu ya.."

Ucap Ziporah seraya mempertemukan ibu jari dan telunjuknya membentuk lingkaran dan menandakannya pada Arslan. Ziporah pun berlalu masuk kembali ke bangunan utama bergaya Eropa itu. Arslan juga akhirnya meninggalkan garasi dan bergegas membersihkan diri dan berdandan rapi, tak lupa ia sarapan di ruang makan para emban yang terletak di belakang dapur. Arslan kali ini makan dengan lahap sekali pada sepiring sandwich yang tersaji. Jarang-jarang ia mengantarkan pergi sang nona, walau kali ini masih bersama nyonyanya pula.

Nyonya-nya Arslan bernama Mary Magdalena adalah seorang keturunan Belanda-Jawa. Ayahnya seorang warga Belanda yang ditugaskan menjadi asisten residen di Kedu, kemudian bertemu dengan seorang wanita Jawa yang menyelamatkan nyawanya dari percobaan pembunuhan dan kemudian menjadi istrinya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun