Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

NASAKOM | Naluri Sambar Komplikasi

20 Mei 2018   09:55 Diperbarui: 20 Mei 2018   10:30 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanya Arslan mulai menduga-duga arah pertemuan majikannya. Iachos tersenyum mendengar  pertanyaan itu seraya mengangguk pelan dan kembali menghela nafas resah.

"Untuk hal itu juga sudah saya rundingkan, saya akan bentuk kinerja lain untuk mereka. Dan saya harap, kamu bisa turut berkontribusi dengan mereka..."

Iachos kini menatap Arslan dengan wajah cerianya yang sedikit memudarkan kemurungannya tadi . Arslan terkejut mendengar hal itu, ia pun mulai menduga-duga hasil dari pertemuan Iachos kali ini. Namun untuk memastikannya ia kembali bertanya dengan hati-hati pada Iachos.

"Apakah divisi itu akan saling bergabung nantinya dengan biro tadi?"

Nada Arslan pun semakin bertaruhkan dugaan, ia seperti juga ikut merasa dipermainkan keadaan karena ia menemani dan mengantarkan kunjungan Iachos padanya hingga kini. Akan tetapi, jawaban Iachos kemudian membuatnya semakin terkejut dan bingung.

"Ya, kamu memang cerdas Arslan. Kita akan buat perubahan besar untuk mengalahkan mereka."

Sinar mata Iachos kini berkilat-kilat penuh semangat, namun Arslan masih kebingungan menangkap maksud perkataan majikannya itu. Keningnya semakin berkerut dengan alis naik.

"Mereka siapa pak, para perusahaan saingan anda?"

Arslan kini kembali menganalogi dengan ala kadarnya. Sepertinya ia malah jadi ketinggalan mengikuti arah pikiran Iachos.

"Ya mungkin saja, kita juga masih harus mengungkap siapa dalang yang membantai para wartawan Warta Juang di lapangan bukan?"

Iachos menatap tajam Arslan seraya menaikan alisnya. Arslan semakin terkejut mendengarnya, namun belum sempat ia mengajukan pertanyaan lagi, Iachos bertutur kembali sambil menerawang kaca depan mobilnya menatapi jalanan.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun