Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

NASAKOM | Naluri Sambar Komplikasi

20 Mei 2018   09:55 Diperbarui: 20 Mei 2018   10:30 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hei...hei... lepaskan bapak dan ibuku, jangan sakiti dia...!!"

Shepo berteriak lantang dan segera menjatuhkan sepeda keranjangnya dan berlarian menuju ke tempat orang tuanya yang sedang dianiaya oleh tentara Sekutu karena mereka melawan tentara Sekutu yang mengacak-acak dan merampas toko kelontongnya. Tiba-tiba suara dentuman makin bergemuruh dan terdengar sirene dari pangkalan militer di pelabuhan yang mulai hancur terkena serang bom. Seketika medan area itu bergetar bagai gempa bumi disusul bangunan-bangunan yang hancur dan terbakar. Asap semakin mengepung pelabuhan.

"Sial... mereka sudah datang secepat itu, bagaimana bisa pasukan gabungan kita dilumpuhkan?"

Seru salah seorang tentara yang menggerutu dengan  bahasa Belanda dan logat cadelnya yang kental. Tak hanya para penduduk pribumi, para tentara kompeni pun mulai kalang-kabut.

"Kita harus cepat, habisi saja mereka yang menghambat...!!!"
teriak salah seorang tentara yang bertubuh sangat kekal dan berkumis tipis, ia memberikan komando pada anak buahnya seraya mulai menembaki para pedagang yang melawan.

"Jangan ke sini nak, larilah...lari... selamatkan dirimu...!!!"

"Lari Shepo...!!"

Bapak dan Ibu Shepo mulai panik dengan kebrutalan para tentara dan memperingatkan Shepo untuk pergi. Namun, Shepo tidak menghiraukan, ia mengambil beberapa biji pemberat timbangan dan melemparinya ke arah tentara kompeni yang mengepung orang tuanya dan kemudian salah satu lemparannya berhasil mengenai pelipis sang tentara.

"Arrgghh.... brengsek... bocah sialan..."

Sementara tentara kompeni itu kesakitan, bapak Shepo pun memberanikan diri memberontak dengan menubruk jatuh tentara itu dan kemudian bersama istrinya berusaha lari menuju Shepo, anak semata wayangnya. Namun, tentara lainnya yang melihat kejadian itu tidak membiarkan begitu saja, mereka pun menembaki orang tua Shepo.

"Dooor...dooor..."

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun