Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

NASAKOM | Naluri Sambar Komplikasi

20 Mei 2018   09:55 Diperbarui: 20 Mei 2018   10:30 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iachos menatap lekat-lekat Arslan yang kini mulai memahami sembari tersenyum dan memanggut-manggut.
"Wah... ide Tuan benar-benar brilian sekali. Saya benar-benar tidak menyangka penyelesaiannya akan sampai seperti ini. Kalau begitu saya akan ambil tugas ini tuan, saya akan berusaha sebaik mungkin..."

Arslan kemudian balik menatap penuh percaya diri pada Iachos dan Raymond secara bergantian. Maka mereka pun akhirnya saling berjabat tangan dan kemudian menyatukan tumpuan tangan untuk toast. Berhubung hari sudah mulai malam, Iachos pun menutup pertemuan itu untuk dilanjutkan keesokan harinya. Petang itu, rembulan purnama mulai membulatkan keremangan bentuknya di dalam pendaran cahaya terang dengan bintang-bintang di sekitarnya bertaburan menyemarakan malam di awal musim panas.

******

Arslan pun mulai semakin menjalin keakraban dengan Raymond yang akhirnya diketahuinya sebagai tangan kanan Mattew dan merupakan yang terbaik kinerjanya sebagai perintis di lapangan dari usaha distribusi Rantevou yang dijalankannya sejak awal berdirinya Rantevou. Sebelumnya, Mattew bertemu dengan Raymond saat dirinya terdampar di pantai karena kapal yang ia tumpangi karam di Pelabuhan Ratu.

Raymond beserta keluarganya dan beberapa orang kampung yang dikumpulkannya pun menolong Mattew beserta keluarga dan awak kapal yang masih hidup dan ikut terdampar di situ dan menyembunyikan kehadiran mereka dari pemerintah kolonial Belanda hingga Jepang datang menyerbu.

Selama itu, keluarga Mattew dan para awak kapal itu pun menjadi warga nelayan dan petani secara sembunyi-sembunyi karena barang dagangan mereka hancur dan hanyut di laut, dan pemerintah kolonial hanya akan mengganggap mereka sebagai orang liar karena tidak dapat memberikan semacam upeti atau jaminan  bea cukai pada aparat birokratif kolonial Belanda.

Kemudian pasca dikumandangkannya kemerdekaan Indonesia, Mattew dan beberapa teman awak kapalnya pun mencoba kembali ke negara asal mereka untuk mengumpulkan modal. Mattew kemudian kembali untuk menjemput keluarganya di kampung Raymond setelah berhasil mendapatkan modal. Usaha yang dibangun Mattew mulai berjalan lancar dengan Raymond dipercaya membawahi cabang baru distribusi Yogyakarta yang juga akhirnya dapat mempertemukan keluarga Mattew dan keluarga Iachos kembali.

"Ini Rinten, adik saya yang baru lulus sekolah. Semoga ia bisa membantu nona Ziporah di perusahaan.Dan ini Bahari, wakil yang akan menggantikan saya memegang tanggung jawab pendistribusian untuk perusahaan anda, Tuan Iachos..."

Tukas Raymond disela-sela keramaian hiruk-pikuk keramaian pelabuhan Tanjung Mas dengan penumpang lalu-lalang yang mulai memadati kapal penumpang di belakangnya. Pemuda jangkung yang dipanggil Bahari serta gadis berkulit kuning langsat  nan ramping ideal itu pun menyalami dan membungkuk hormat memperkenalkan diri pada Iachos dan beberapa orangnya disekelilingnya.

"Maaf tuan jika saya baru mengenalkan mereka di sini, beberapa hari yang lalu Bahari masih izin tidak masuk kantor karena sakit. Sedangkan Rinten masih dalam perjalanan ke Jawa. Dan puji Tuhan, mereka sekarang bisa menyempatkan hadir di sini sebelum saya dan rekan-rekan berangkat."

Raymond agak sedikit malu atas momentum yang tidak tepat itu, tetapi ia bersyukur atas sikap lapang dada Iachos yang mau menerima keadaan itu dan malah menghiburnya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun