Iachos mengambil tasnya seraya memandangi Arslan untuk memastikan responsifnya.
"Baik pak, segera laksanakan..."
Ucap Arslan seraya mengangguk hormat ala Jepang dan kemudian punggung Arslan ditepuk-tepuk oleh Iachos yang segera bergegas memasuki kantornya. Arslan pun mengekor di belakangnya hingga mereka saling menyapa para resepsionis yang segera membalas sapa dan menyampaikan pesan.
"Selamat pagi pak, selamat datang... bapak sudah ditunggu di ruangan."
Ucap kedua resepsionis itu serempak. Iachos melambaikan tangannya dan memberi tanda anggukan.
"Baik, terima kasih. Saya segera ke sana..."
Iachos pun segera berlalu, sementara Arslan menghempaskan diri sejenak di antara tatanan kursi tunggu yang disediakan di situ. Arslan seketika juga teralih perhatiannya untuk beristirahat saat merasakan ada yang memperhatikannya. Ternyata para resepsionis itu kini cekikan sambil terus berbisik ke arahnya. Arslan menjadi terheran-heran, adakah sesuatu yang aneh pada dirinya?
Ia mulai memperhatikan sekeliling untuk memastikan bahwa dirinya yang sedang dilihat, kemudian ia mulai memandangi sekujur tubuhnya. Dan owh... berasa mendapat angin surga, bagian perutnya dirasakan semilir sekali. Sontak  Arslan menjadi tersadar, rupanya para resepsionis itu sedang terpesona pada keindahan perut kencangnya dan wudel seksinya yang terekspos karena kancing kemejanya terbuka.
Arslan pun segera menutupinya dan berlalu tersalah tingkah menuju toilet sambil berusaha mengumbar senyum pada gadis-gadis resepsionis itu yang makin cekikikan sambil terbungkuk-bungkuk dengan salah satu telapak tangan mereka berusaha menahan tawa.
*******
"Wa...wa...wa..."