Sanusi pun menyimpan dengan rapi semua berkas yang sudah dipisahkan dan disatukan sesuai pengelompokannya di laci meja kerjanya.
"Wah... kompeni-kompeni itu memang bikin risih ya pak, mereka memang harus diusir."
Shepo pun mulai menggebu-gebu, akan tetapi ia kembali teringat sesuatu...
"Oh ya pak, ini uang pembayaran dan catatan yang sudah ditandatangani oleh Pak Nurdin dan ia kali ini memesan beras 3 karung."
Shepo menyerahkan dengan hati-hati uang dan catatan itu ke dua telapak tangan Sanusi yang sudah terulur bersiap menerimanya.
"Terima kasih nak, sekarang pergilah mandi. Bersihkan dulu badanmu, kemudian jangan lupa bantu Ibu untuk menyiapkan makam malam."
Sanusi menepuk-nepuk pelan bahu Shepo yang kemudian berlarian ke arah pintu dalam rumah.
Tuban, 27 Februari 1942...
"Waaaa....waaa...!!!"
"Heeiii... jangan rampas barang kami...!!!"
Para warga yang sedang berbelanja di pasar pun berlarian menyelematkan diri. Sementara para pedagang berusaha mempertahankan barang-barang dagangan mereka yang hendak di rampas dan di bawa oleh tentara sekutu untuk perbekalan menyelamatkan diri. Namun sudah terlambat, beberapa pasukan yang belum bisa menyelamatkan diri sudah disergap oleh pasukan Jepang di pelabuhan.