Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

NASAKOM | Naluri Sambar Komplikasi

20 Mei 2018   09:55 Diperbarui: 20 Mei 2018   10:30 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tak apa-apa nak Raymond, yang penting semoga kalian bisa kembali dengan selamat nanti untuk menunjukkan hasilnya pada kami di sini. Kami sangat berharap pada kalian, kami akan menunggu..."

Iachos berusaha menyembunyikan kegetirannya yang entah kenapa menjadi semakin kencang saat itu. Namun ia masih bisa menampilkan senyuman hangat untuk menyongsong harapan yang sedang dipertaruhkan dihadapannya kini.

"Kalau begitu kami berangkat dulu Tuan, semoga kami bisa membawa pulang hasil yang terbaik."

Sambung Arslan seraya menepuk bahu Raymond dan mengisyaratkan bahwa kapal yang membawa mereka sudah mulai menaikkan jangkarnya, serta merta mereka bergegas pontang-panting melompati tangga kapal yang akan dinaikkan diiringi lambaian tangan Iachos dan beberapa warga Warta Juang yang mengantar kepergian mereka. Kapal pun mulai semakin menderu dan menjauhi pelabuhan kemudian mengecil dari pandangan.

*******

  

Satu setengah tahun pun berlalu,  10 November 1964...

"Ziporah, sebelum kamu kembali ke kantor bisakah kamu ikut jemput mereka ke bandara bersama Rinten. Kemudian kalian konfirmasi lokasinya pada Fadli yang akan menyusul kalian..."

Suara Mithras terdengar parau di ujung gagang telepon resepsionis Biro Jasa Rantevou memberi tahu Ziporah yang saat iu sedang bersama Rinten berkoordinasi langsung dengan Bahari di ekspedisi pengiriman barang. Mereka pun akhirnya meluncur menuju bandara dengan mobil sedan merah setelah selesai berkutat di Rantevou.

Mobil itu segera berbelok ke arah kiri dan menyebrangi jalur kereta api dan perlahan memasuki area parkir kendaraan di Bandara Adi Sucipto. Sementara di atas mereka terdengar deru pesawat penumpang yang sedang melakukan pendaratan dari arah barat. Gadis-gadis yang sudah mulai memasuki usia matang ini pun bergegas ke arah jalur keluar para penumpang pesawat.

Kedua gadis ini ternyata telah menjelma menjadi primadona "DUILE" alias Dua Insan Lintang Endah, julukan yang diberikan para karyawan pria di Warta Juang maupun di Biro Rantevou yang begitu tergila-gila pada pesona mereka. Sehingga setiap kali kedua gadis cantik ini melewati gerombolan pekerja akan mendapat sambutan meriah, "duuuiilleee... mrene mandek sek jeng, ampiri kangmas nang kene...!!! teriak para pemuja itu dengan semangat menggoda.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun