Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

NASAKOM | Naluri Sambar Komplikasi

20 Mei 2018   09:55 Diperbarui: 20 Mei 2018   10:30 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dan mengenai sekolah itu, saya juga sempat berdiskusi dengan menteri pendidikan saat itu untuk meminta keterangan dan petunjuk darinya. Beliau memang tidak terlibat untuk hal ini dan menjadi semakin sulit menemukan kebenarannya karena pada waktu itu memang dalam keadaan genting akibat agresi militer Belanda. Karena beliau hanya menyarankan untuk sekolah-sekolah pada daerah yang terkena dampak perang diliburkan, sepertinya ada oknum yang memanfaatkan hal ini. Mereka memanipulasi pengumuman itu dengan kepentingan mereka. Dan hasil penyelidikan saya menduga, wartawan Warta Juang kita itu menemukan indikasi-indikasi tersembunyi para oknum-oknum seperti itu, dan untuk itulah yang kemudian mereka dibunuh."

 Konsentrasi Arslan mendadak menjadi buyar dan hampir saja arah kendaraan mereka menyerempet batas trotoar hingga Arslan berhasil mengembalikan konsentrasinya dan membanting stirnya. Kendaraan disekitarnya menjadi gusar dan beberapa kali membunyikan riuh klakson mereka. Nafas Arslan dan Iachos pun menjadi terengah-engah dan mereka saling berpandangan sejenak.

"Ah, maaf  Tuan... maafkan atas kelalaian saya. Jadi maksud Tuan, dari penangkapan orang tua anda hingga pembunuhan wartawan itu semua ada hubungannya?"

Mata Arslan terbelalak seakan masih tidak percaya akan apa yang baru saja ia dengar. Pikiran Arslan menjadi penuh tanya, namun ia tidak ingin kendaraan itu oleng dan berusaha terus membangun konsentrasi, dan tujuan pun hampir mendekati perjalanan mereka.

"Ya, kesimpulan yang saya dapat dari hasil pertemuan tadi kurang lebih begitu. Dan kamu tahu kenapa kami menamakan koran ini sekarang dengan "Warta Juang"?

Tanya Iachos sembari menunjuk koran di depannya yang tadi Danur baca sembari menunggu dirinya. Danur berpikir sejenak untuk mengingat sesuatu yang mungkin terlewatkan akan hal itu, namun hasilnya nihil dan ia pun menggelengkan kepalanya.

"Nama itu mewakili keinginan keluarga ayah sejak dulu. Ia ingin memperjuangkan kebebasan pers. Ia dibesarkan dalam lingkup kegelapan kehidupan oleh kekuasaan dan kekuatan feodalisme yang semakin porak-poranda. Apalagi dengan jatuhnya Konstantinopel ke tangan Kekaisaran Ottoman pun menjadi semakin dahsyat polemik agama dan politik yang campur-aduk dalam berbagai kepentingan kalangan elit.

Sebelumnya ayah sempat bergabung dengan suatu organisasi bawah tanah di sana, namun setelah mendapati bahwa visi-misi dengannya ternyata berbahaya dan mengerikan, ayah memutuskan untuk keluar karena sudah tidak sepaham lagi. Ternyata mereka tidak melepaskannya begitu saja, beberapa kali ayah sering dicekal dan dibungkam hingga ia memutuskan untuk ke Indonesia,  dan ia tidak mengatakan padaku mengapa ia harus kemari. Namun, ia terus mendidik aku dengan kebenarannya hingga pasca proklamasi kami bertemu dengan Tan Malaka.

Ayah berkata padaku, bahwa ia seperti mendapatkan sosok Plato hidup kembali pada diri Tan Malaka. Dari situ akhirnya aku mulai mengerti arah dan pandangan ayah sesungguhnya, maka kami pun sepakat menamai usaha media massa yang kami bangun kembali sebagai "Warta Juang". Dengan mewartakan apa yang sesungguhnya harus diperjuangkan dalam konsep republik, yaitu demokrasi."

Arslan tertegun memandang sejenak Iachos seraya memanggut-manggut, ia seperti kehabisan pertanyaan lagi untuk mengajukannya saat ini. Sementara mobil yang Arslan kendarai mulai mendekati depan halaman kantor Warta Juang. Arslan pun segera mengarahkan ke area parkir untuk karyawan. Ketika mobil sudah terparkir rapi, Arslan segera mematikan mesinnya dan membuka pintu mobil bersamaan dengan Iachos di sisi lain.

"Oke Arslan, kamu tunggu dulu saya di lobi dekat resepsionis ya, saya ada pertemuan di dalam."

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun