"Bagaimana ini kawan, sepertinya kita harus semakin berhati-hati. Korban sudah banyak berjatuhan..."
"Wa...wa...wa..."
"Ya, sepertinya kita memang harus gunakan cara itu..."
"Wa...wa...wa.."
Suara ribut-ribut muncul dari arah ruang pertemuan,kemudian merebak ke arah ruang resepsionis di mana Arslan sedang asyik bercakap-cakap dengan para resepsionis. Sepertinya pertemuan disudahi dengan cepat, ya karena tanpa terasa waktu sudah hampir melewati jam pulang kerja kantoran seperti biasanya. Entahlah kalau untuk para visioner di lapangan.
Para pegawai kantoran Warta Juang itu masih terus berdiskusi tentang rapat pertemuan yang baru saja usai sambil menuju kembali ke ruangan mereka masing-masing. Arslan terheran-heran, pertemuan macam apakah yang terjadi sehingga masih saja heboh mereka membicarakannya di luar?
Arslan kemudian segera bersiap diri sembari menatap koridor ke dalam kantor, namun sosok yang ia kenal justru sosok lainnya yang keluar dengan tersedu-sedu.
"Huhuhu... bagaimana ini kak, apakah tidak ada jalan lain?"
Gadis blasteran yang cantik rupawan itu tengah terisak-isak sembari dihibur oleh seorang pemuda tampan yang juga blasteran berusaha menghibur di sampingnya.
"Sudah... sudah... jangan dibahas di sini, kita pulang dulu ke rumah dan membicarakannya di sana. Apa kamu tidak malu dilihat oleh para karyawan seperti itu...?"
Pemuda itu masih terus berusaha menenangkan gadis yang sedang bersamanya itu.