Hari ini aku masih melihat bahwa kemerdekaan hanyalah milik kaum elit, yang mendadak bahagia menjadi borjuis, suka-cita menjadi ambtenaar... kemerdekaan hanyalah milik kalian, bukan rakyat. Kita mengalami perjalanan yang salah tentang arti merdeka, dan apabila kalian tidak segera memperbaikinya maka sampai kapan pun bangsa ini tidak akan pernah merdeka!
Hanya para pemimpinnya yang akan mengalami kemerdekaan, karena hanya mereka adil dan makmur itu dirasakan. Dengarlah perlawananku ini... karena apabila kalian tetap bersikap seperti ini, maka inilah hari terakhir aku datang sebagai seorang sahabat dan saudara. Esok, adalah hari di mana aku akan menjelma menjadi musuh kalian, karena aku tetap berjuang untuk merdeka 100 persen."
Ucapan itu membuat panas telinga para hadirin yang dituju, hingga Soekarno sendiri akhirnya berkata:"Kata-katanya sungguh menghinaku, meremehkan semangat kerakyatanku!" dan pertemuan malam itu akhirnya ditutup oleh kalimat itu karena setelahnya mereka segera pulang ke rumah masing-masing.
******
"Dug...dug... hei..."
Tiba-tiba Arslan terlonjak kaget dari lamunan dengan Iachos mengetuk bagian luar mobil sambill tersenyum memandangi Arslan. Ia pun bergegas membuka pintu mobil disampingnya dan akan membuka pintu mobil untuk majikannya dari luar seperti biasanya, namun hal itu segera dicegah oleh Iachos agar Arslan tetap ditempatnya dan ia sendiri yang membuka pintunya dari luar di kini ia sudah siap menikmati perjalanan dengan sabuk pengaman yang telah dikencangkan dan sebatang rokok mulai mengepul dari cerutunya. Mobil mulai berjalan keluar pelataran diiringi lambaian tangan seorang kakek dan yang lainnya mengantar kepergian Iachos dan Arslan.
"Maaf  Tuan, kalau boleh tahu... mengapa bapak mengunjungi tempat itu beberapa kali. Apakah Tuan ingin memakai jasa biro itu untuk distribusi Warta Juang selanjutnya?"
Tanya Arslan hati-hati sambil terus mengemudikan ke arah utara dan kemudian berbelok ke timur menuju kantor pusat Warta Juang di Kotagede. Iachos pun mencoba tersenyum dan menoleh ke arah Arslan, samar-samar wajahnya berusaha menyembunyikan kelesuannya. Sepertinya ia sedang dalam kondisi yang tidak baik.
"Ya, selain itu juga terkait misi khusus. Oplah Warta Juang semakin menurun drastis, mau tidak mau kita harus menyamarkan dulu pemasarannya. Karena nanti akan saya sampaikan dalam rapat, maka saya negosiasikan dulu tadi dengan pemiliknya langsung. Pemilik usaha itu adalah teman lama ayah saya."
Iachos menghela nafas dan kemudian menerawang ke depan menatap kosong jalanan yang sedang dilalui. Arslan memandang sendu wajah majikannya itu sejenak, lalu kembali berkonsentrasi pada jalanan.
"Oh, ya? Wah... puji Tuhan sekali kalau begitu Tuan bisa mendapatkan solusinya. Lalu bagaimana dengan tim distribusi Warta Juang itu sendiri?"