Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

NASAKOM | Naluri Sambar Komplikasi

20 Mei 2018   09:55 Diperbarui: 20 Mei 2018   10:30 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Si pengemudi itu mengomentari pidato bersejarah presiden Soekarno itu pada majikannya yang tampaknya sedang disibukkan mencorat-coreti lembaran buku catatan kecil yang selalu ia bawa sewaktu bepergian. Lelaki raksasa setengah baya itu pun menoleh ke depan dengan alisnya tertekan ke atas melesakkan efek dominonya untuk dahinya menjadi berkerut-kerut.

"Hahaha... ya...ya..  Arslan, wajarlah para pemimpin kita itu cemas, Inggris secara tidak langsung akan mengepung negeri kita dengan kendali persemakmurannya. Coba saja kau ingat, Australia yang  berada di selatan negeri sudah mereka jadikan sebagai tolak peluru membalikkan kemenangan melawan Jepang di Perang Dunia yang lalu. Nah, berarti dengan jadinya Federasi Malaysia itu, mereka dapat menjadi tiga serangkai untuk suatu saat bisa membahayakan negeri kita secara keseluruhan dari kepentingan koalisi mereka."

Lelaki raksasa yang dipanggil Iachos itu menghela nafasnya sejenak setelah menjelaskan panjang-lebar. Seolah-olah ia jadi merasakan sendiri tertular virus menggebu-gebu Presiden Soekarno.

"Waduh, gawat dong Tuan... belum lagi bukannya masalah Irian Barat juga masih belum selesai.Seperti waktu di Surabaya, negeri kita jadi lawan dua kompeni asing itu lagi Tuan?"

Lelaki bertubuh kekar yang dipanggil nama Arslan itu pun jadi ikut-ikutan melonjak hawa panasnya dari komentar yang dituturkan Iachos dan menemukan situasi yang mengejutkan.

"Ya, ya... keadaan jadi makin kacau semuanya..."

Iachos menimpali kembali pertanyaan Arslan yang akhirnya mereka jadi sama-sama terdiam kembali dan larut dalam pikirannya masing-masing.

Iachos sendiri jadi teringat sewaktu ia berkesempatan bertemu dengan Presiden Soekarno membahas tentang nasionalisasi perusahaan asing, apalagi keluarganya berasal dari daratan Eropa. Meskipun ia dan keluarganya sudah berstatus WNI (Warga Negara Indonesia), tetapi perusahaan yang kini dikelolanya adalah warisan  usaha bersama dari orangtuanya yang berasal dari Yunani bersama dengan orangtua istrinya yang berasal dari Belanda.

Puji Tuhan, karena catatan reputasi perusahaannya yang baik dan netral, ia berhasil mempertahan kedaulatan perusahaannya secara swasta dengan tidak melupakan nuansa nasionalisme Indonesia yang harus menjadi jiwa perusahaan. Namun, kini ia jadi sangsi terhadap dirinya mempertahankan kiprah perusahaannya setelah apa yang akhir-akhir ini menimpa titipan jiwa ayahnya itu.

Kini tepat pukul 9 pagi di hari Jum'at yang cerah saat mobil kodok itu sampai di suatu tempat di mana terdapat sebuah rumah besar bergaya Eropa yang sangat asri. Mereka pun disambut oleh penjaga gerbang yang mendekati mobil kodok Iachos dan entah berbincang apa, karena Arslan tidak mengerti bahasa asing mereka.

Tapi seingat Arslan, aksen ini sering ia dengan di lingkungan keluarga Arslan.. ya kemungkinan mereka sedang memakai bahasa Yunani. Ini adalah ketiga kalinya berturut-turut Arslan mengantarkan Iachos menemui seseorang berinisial D.M yang ia lirik iseng sekilas dari agenda pertemuan  Iachos saat ia sedang  membukakan pintu mobil untuknya. Arslan mulai merasakan sesuatu yang aneh pada majikannya itu, karena belakangan ini ia juga sering nampak murung dan gelisah...

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun