2. Elemen Kunci Roadmap 100 Tahun
a. Fase 1 (2025--2045): Fondasi Pengetahuan dan Tata Kelola
Redesign sistem pendidikan nasional berbasis problem solving, adaptability, dan karakter.
Reformasi radikal perguruan tinggi berbasis research and innovation driven.
Penguatan sistem merit di birokrasi dan kampus.
Pendataan dan pemetaan kebutuhan industri masa depan (anticipatory labour mapping).
b. Fase 2 (2046--2075): Konsolidasi Ekosistem Inovasi dan Kewirausahaan Inklusif
Pendidikan difokuskan pada STEM, teknologi terapan, ekonomi kreatif, dan kewirausahaan sosial.
Industrialisasi berbasis sains dan teknologi lokal (biofarmaka, maritim, digitalisasi UMKM).
Link and match antara pendidikan dan dunia kerja tidak sekadar jargon, tetapi terstruktur dalam kebijakan fiskal dan insentif.
Kota-kota baru sebagai pusat inovasi dan pelatihan vokasional digital.
c. Fase 3 (2076--2125): Indonesia sebagai Ekosistem Talenta Global
Transformasi menjadi knowledge economy dan human-centered AI state.
Ekspor SDM berkeahlian tinggi bukan karena surplus pengangguran, tetapi karena surplus kompetensi.
Keberagaman budaya dan geografi menjadi modal inovasi, bukan sumber konflik.
Indonesia menjadi negara inklusif berbasis equity dan sustainability.
3. Parameter Keberhasilan Pembangunan SDM 100 Tahun
Indeks Kemampuan Adaptif Nasional (IKA-Nas): Seberapa cepat rakyat belajar ulang dan beralih profesi.
Rasio Integrasi Pendidikan--Industri (RIPI): Seberapa banyak lulusan langsung terserap oleh sektor strategis.
Indeks Inovasi Inklusif (III): Jumlah inovasi yang berasal dari daerah 3T dan pelaku non-elit.
Kepuasan Hidup Warga (National Life Quality Index): SDM bukan hanya produktif, tapi juga well-being.
4. Pentingnya Visi Lintas Rezim
Roadmap ini harus dibentengi oleh komitmen lintas generasi dan rezim. Hal ini hanya mungkin jika:
Diperkuat oleh Undang-Undang Jangka Panjang SDM dan Ekonomi Nasional.
Disahkan oleh parlemen dan dikawal oleh Dewan Nasional Masa Depan Indonesia---sebuah badan independen, non-politik, berisi ilmuwan, negarawan, dan tokoh lintas sektor.
Indonesia tidak kekurangan SDM, tetapi kekurangan rencana jangka panjang yang konsisten, inklusif, dan berbasis data. Tanpa roadmap 100 tahun, kita hanya akan terus "belajar untuk menganggur," seperti kisah klasik Sarjana Muda. Namun jika visi ini dimulai hari ini, kita tak lagi hanya mengandalkan slogan "emas 2045," tetapi bisa bermimpi menjadi peradaban yang beradab pada 2125.
VII. Penutup: Indonesia Harus Belajar dari Cermin Retaknya Sendiri