Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

G30S: Tragedi yang Menyelamatkan atau Luka yang Belum Sembuh

1 Oktober 2025   13:02 Diperbarui: 1 Oktober 2025   13:37 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagaimana Vietnam dan Korea menjadi medan perang proksi antara Blok Barat dan Komunis, Indonesia pun berisiko mengalami:

Intervensi asing terselubung: AS, Inggris, dan Australia memasok senjata dan pelatihan bagi pasukan anti-komunis.
Perang udara dan laut terbatas, terutama di wilayah Selat Malaka dan Laut Sulawesi, demi mengamankan jalur pelayaran dari "ancaman merah".
Penyebaran propaganda melalui radio, media bawah tanah, dan infiltrasi intelijen asing.
Indonesia berubah menjadi "Vietnam kedua", bukan sebagai pihak netral, melainkan medan tempur langsung antara dua ideologi besar dunia.

4. Runtuhnya Integrasi Nasional

Ketika pusat kekuasaan dipandang sebagai penindas yang memaksakan ideologi tunggal, maka konsensus kebangsaan yang dibangun sejak 1945 runtuh.
Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" kehilangan maknanya. Pancasila tergantikan oleh tafsir tunggal Marxisme-Leninisme versi PKI.

Hasil akhirnya:

Konflik horizontal antar rakyat meningkat, antara mereka yang mendukung dan menolak komunisme.
Reformasi tanah dan nasionalisasi paksa menciptakan kekacauan sosial dan balas dendam antargolongan.
Risiko balkanisasi: Indonesia terpecah menjadi beberapa negara kecil berdasarkan etnis, agama, atau loyalitas militer.
Kadang sejarah menyajikan pilihan-pilihan yang tak ideal: antara represi masa lalu dan kehancuran yang mungkin terjadi jika jalan lain diambil.
Dengan segala luka yang ditimbulkan oleh penumpasan G30S, tetap ada kemungkinan bahwa sejarah menyelamatkan bangsa dari malapetaka yang lebih besar, seperti perang saudara, pecahnya NKRI, atau perang proksi global.

Namun, menyadari itu bukan untuk membenarkan kekerasan, melainkan untuk memahami betapa tipisnya garis antara penyelamatan dan penghancuran dalam politik kekuasaan.

V. Hikmah dalam Tragedi?

A. Apakah Kekejaman Pasca-G30S Mencegah Konflik yang Lebih Besar?

Tragedi G30S 1965 dan gelombang kekerasan yang mengikutinya adalah salah satu bab tergelap dalam sejarah Indonesia. Sekitar 500.000 hingga 1 juta jiwa---angka yang hingga kini masih diperdebatkan---hilang dalam pembersihan anti-komunis yang dilakukan oleh militer, organisasi sipil, dan masyarakat luas. Pertanyaan yang menyakitkan tetapi penting untuk diajukan adalah: apakah kekejaman ini, betapapun brutal dan tak manusiawi, justru mencegah bencana yang lebih luas seperti perang saudara, disintegrasi nasional, atau terperosoknya Indonesia ke dalam otoritarianisme totaliter komunis?

1. Dua Kutub Pandangan: Penumpasan vs Penyelamatan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun