Tepat sebelum genap satu tahun pemerintahan Kabinet Merah Putih di bawah Presiden Prabowo Subianto, publik dikejutkan oleh pergantian lima menteri dalam satu kali reshuffle. Tradisi pergantian kabinet mungkin bukan hal baru, tetapi pertanyaan besarnya tetap: apakah perubahan ini menyasar ke arah yang lebih baik?
Siapa yang Diganti dan Siapa Penggantinya?
Berdasarkan laporan Reuters dan AP News, Presiden Prabowo mencopot lima menteri, termasuk sosok ikonik dan sangat dihormati, Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan yang telah menjabat di bawah tiga presiden dan dikenal sebagai "kuda poni hitam" reformasi fiskal Indonesia. Ia digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa, ekonom lulusan Purdue yang saat ini memimpin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Sementara itu, analisis menyebut bahwa pengganti Sri Mulyani ini langsung menghadapi tantangan berat: inflasi, penumpukan pengangguran, dan program populer seperti "makan bergizi gratis" serta "koperasi merdeka" yang butuh pendanaan kuat.
Mengapa Sri Mulyani diganti? Publik sempat menyaksikan aksi protes massal selama sekitar dua minggu terkait sistem perpajakan yang dianggap tidak adil. Bahkan rumah Sri Mulyani sempat menjadi sasaran perusakan. Dalam situasi ini, Presiden memutuskan perubahan demi meredam ketegangan.
Mengulas Sri Mulyani: Garda Depan Sebuah Reformasi
Sebagai Menteri Keuangan sejak Oktober 2024, Sri Mulyani sejatinya sukses:
- Memperkuat sistem perpajakan.
- Menavigasi ekonomi Indonesia melalui krisis global dan pandemi.
- Dipandang sebagai figur kredibel dan stabil dalam kebijakan fiskal.
Namun, tekanan dari Presiden yang menuntut efisiensi anggaran sekaligus perluasan program populis menciptakan dilema: kebijakan yang tegas dan tidak populer akhirnya membuat Sri Mulyani berada dalam posisi yang rentan.
Respons Pasar dan Analis: Warisan Politik atau Ketidakpastian Ekonomi?