Antara masyarakat sipil sendiri: tetangga terhadap tetangga, sesama warga desa saling curiga.
Antara generasi: yang mengalami langsung, dan yang hanya tahu dari propaganda.
Ketika Orde Baru tumbang tahun 1998, luka ini muncul ke permukaan. Tapi karena tidak ada rekonsiliasi nasional yang sistematis, luka ini justru berubah menjadi perang narasi di era demokrasi: sebagian ingin melupakan, sebagian ingin mengungkap, sebagian ingin membalas secara simbolik.
Tragedi G30S 1965 seakan mengabadikan kalimat: "Satu peluru membunuh satu orang. Tapi satu narasi membunuh satu generasi." Dalam peristiwa ini, kita melihat bagaimana narasi dan kekuasaan bekerja sama menciptakan peta sosial yang terpecah, memproduksi identitas yang saling menolak, dan menghalangi bangsa untuk benar-benar berdamai dengan sejarahnya sendiri.
IV. Skenario Alternatif Tanpa G30S
A. Analisis Kemungkinan Indonesia Menjadi Seperti RRC, Korut, atau Vietnam
Membayangkan sejarah tanpa G30S 1965 adalah menapaki jalan spekulatif yang tetap bisa dibangun dengan fondasi analisis sejarah, geopolitik, dan dinamika ideologi masa itu. Tanpa tragedi G30S, tanpa pembersihan PKI, dan tanpa naiknya Soeharto ke tampuk kekuasaan, pertanyaan besar muncul: ke mana arah Indonesia akan melangkah? Akankah republik ini jatuh ke pelukan komunisme gaya Mao atau Kim Il-Sung? Atau membentuk hibrida nasionalisme-komunis seperti Vietnam?
1. Situasi Internal: Jalan Terjal Menuju Negara Komunis
Sebelum 1965, PKI adalah partai komunis non-penguasa terbesar di dunia---lebih dari 3 juta anggota resmi, dan 15-20 juta simpatisan lewat organisasi sayap. Dengan strategi "jalan damai menuju sosialisme" yang digaungkan Aidit, partai ini tak melakukan revolusi bersenjata seperti di Cina atau Vietnam. Namun:
Infiltrasi PKI ke dalam birokrasi, media, dan militer makin masif.
Dukungan kuat dari kelompok buruh, tani, dan sektor pendidikan menjadikan PKI kekuatan politik raksasa.
Aidit mulai menunjukkan simpatinya pada model Maois, terutama setelah PKI kecewa dengan Khrushchev yang lebih lunak terhadap Barat.
Jika G30S tak terjadi, kemungkinan besar tahun 1966--1967:
PKI akan dominan secara politis lewat pemilu atau dekrit Sukarno.
Elemen militer anti-komunis (seperti Soeharto, Nasution, Sarwo Edhie) akan dimarjinalkan atau dipreteli.
Islam politik ditekan seperti di Cina saat Revolusi Kebudayaan, dengan simbol-simbol agama dihapus dari ruang publik.
Indonesia bisa saja menjadi:
Negara satu partai seperti RRC, dengan gaya otoritarianisme kolektif berbasis rakyat.
Sistem tertutup seperti Korea Utara, jika pengultusan terhadap "Pemimpin Besar" Sukarno dijadikan pondasi ideologis seperti Kim Il-Sung.
Atau komunis-nasionalis hybrid seperti Vietnam, di mana partai tetap tunggal, tapi mempertahankan sentimen nasional anti-imperialis yang kuat.
2. Konstelasi Global: Daya Tarik dan Ancaman Perang Dingin
Dari sisi geopolitik: