1. D.N. Aidit: Pemimpin Revolusi atau Pengkhianat yang Terseret?
Sebagai Ketua Central Committee PKI, Dipa Nusantara Aidit dikenal sebagai orator cerdas dan politisi ulung yang berhasil mengangkat partainya menjadi kekuatan komunis terbesar di dunia luar blok Soviet dan Tiongkok. Di balik senyum khasnya, tersimpan ambisi ideologis yang tak bisa dianggap remeh.
Aidit diyakini berada di pusat kendali gerakan G30S, meskipun bukti langsung tentang keterlibatan organisasionalnya masih menjadi perdebatan. Beberapa sejarawan menyebut Aidit hadir di Yogyakarta dan kemudian Boyolali, menghilang sejenak sebelum akhirnya tertangkap dan dieksekusi tanpa proses pengadilan.
Pertanyaan krusial: apakah Aidit adalah arsitek pemberontakan, atau justru korban dari manuver yang lebih besar yang ia pikir bisa ia kendalikan?
2. Soeharto: Sang Komandan dalam Bayang-Bayang
Nama Mayor Jenderal Soeharto mencuat dalam 24 jam setelah G30S meletus. Dengan kecepatan yang nyaris teatrikal, ia mengambil alih KOSTRAD, menumpas gerakan G30S, dan merebut kembali titik-titik strategis Jakarta.
Namun, kecepatan inilah yang memicu pertanyaan:
Bagaimana bisa seorang komandan kelas menengah bergerak begitu presisi?
Mengapa ia tidak menjadi target G30S, padahal posisinya strategis?
Apakah ia sudah tahu sebelumnya, atau justru memanfaatkan momentum secara brilian dan dingin?
Soeharto muncul sebagai penyelamat bangsa, namun seiring waktu, muncul tafsir lain: bahwa ia adalah dalang bayangan yang lihai memainkan keheningan sebagai senjata politik.
3. Soekarno: Sang Bapak Bangsa di Persimpangan Takdir
Presiden Soekarno, pada saat G30S terjadi, justru terlihat ambigu dan pasif. Ia tidak segera mengutuk gerakan tersebut, juga tidak secara tegas membela para jenderalnya yang dibunuh. Sikap ini menimbulkan kecurigaan, baik dari militer maupun rakyat.