Jika elastisitas ruang-waktu signifikan, maka model harus memprediksi percepatan ekspansi yang lebih kompleks daripada model Lambda-CDM.
Jika model kita benar, maka distribusi galaksi dalam simulasi harus memperlihatkan pola clustering tambahan akibat efek elastisitas.
Prediksi fluktuasi CMB yang diperoleh dalam simulasi harus menunjukkan pola osilasi tambahan yang tidak dijelaskan oleh model standar.
8.4. Kesimpulan
Dukungan empiris terhadap hipotesis elastisitas ekspansi semesta berasal dari tiga sumber utama:
Pengamatan astronomis menunjukkan anomali dalam CMB, konstanta Hubble, dan distribusi galaksi yang dapat dijelaskan dengan model elastisitas.
Eksperimen laboratorium membuktikan bahwa sistem elastis dapat menunjukkan pola ekspansi non-linear, osilasi, dan percepatan kompleks, yang sesuai dengan prediksi model kosmologi elastis.
Simulasi numerik mengonfirmasi bahwa dengan memasukkan parameter elastisitas, kita dapat mereproduksi hasil observasional lebih akurat dibandingkan model Lambda-CDM standar.
Dengan demikian, jika data terbaru dari teleskop masa depan seperti JWST dan Vera C. Rubin Observatory terus menunjukkan anomali yang mendukung hipotesis ini, maka paradigma baru dalam kosmologi berbasis elastisitas ruang-waktu dapat diusulkan sebagai alternatif dari model ekspansi standar.
BAB 9. Elastisitas Ruang-Waktu
Fenomena galaksi yang saling mendekat dan bertabrakan, sementara yang lain menjauh, dapat dijelaskan melalui konsep gravitasi dan ekspansi semesta yang berbeda pada skala yang berbeda. Dalam kosmologi modern, kita menggunakan dua prinsip dasar untuk menjelaskan pergerakan galaksi-galaksi ini: