Sudah dipastikan mereka berdua tidak mengenal saya. Tapi, bisa dipastikan saya kenal mereka berdua.
Tadinya ingin sekadar bertestimoni tentang Sri Mulyani yang baru "purna" sebagai menteri keuangan setelah belasan tahun mengabdi sejak era SBY, Jokowi, hingga Prabowo.
Namun, tetiba saja saya teringat Aviliani, seorang ekonom senior yang saya kenal dari ruang diskusi dan temu wicara sejak kuliah.
Kebetulan nama mereka punya rima yang unik: ANI---meskipun keduanya punya nama panggilan yang berbeda. Misalnya saja, Aviliani yang akrab disapa "Avi".Â
Saya mengenal Sri Mulyani bukan lewat ruang diskusi, melainkan lewat layar berita dan kebijakan. Sesekali pernah ketemu, ngobrol dan foto bareng selayaknya penggemar bertemu idolanya.
Beliau adalah sosok Menteri Keuangan yang sederhana, tampil rendah hati, jujur, tapi juga penuh kecerdasan dalam mengelola urusan "dapur" republik ini.
Masih terpatri diingatan, ketika awal menjabat sebagai Menkeu di era 2000-an, ia berani melawan mafia pajak dan melakukan reformasi birokrasi.
Langkah-langkah proaktif seperti forensic centric assessment dan menginstruksikan pemeriksaan kekayaan pegawai untuk memitigasi risiko korupsi serta membangun sistem keuangan negara yang sehat dipilihnya tanpa ragu dan pandang bulu.
Sesuatu yang tidak mudah di tengah resistensi besar.
Tentu, langkah-langkahnya tidak selalu populer. Banyak yang mengkritiknya karena dianggap segala hal dipajaki negara seperti narasi baru-baru ini. Dan, mungkin saja kita pernah dibuat jengkel karena kebijakannya.