Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Building Kompasiana

Membangun Kompasiana sejak 2009 dan mengorkestrasi lini bisnis hingga produk Kompasiana selama 6 tahun (2018-2025) sebagai Chief Operating Officer. Saat ini memimpin misi untuk mendorong dampak positif bagi kreator dan komunitas melalui pengembangan produk, cerita yang bermakna, inisiatif yang mempromosikan keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis sebagai Head of Impact Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tentang Dua Ani yang Saya Kagumi

10 September 2025   16:05 Diperbarui: 11 September 2025   14:41 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sri Mulyani dan Aviliani (Sumber: Antara, Tagarid)

Sudah dipastikan mereka berdua tidak mengenal saya. Tapi, bisa dipastikan saya kenal mereka berdua.

Tadinya ingin sekadar bertestimoni tentang Sri Mulyani yang baru "purna" sebagai menteri keuangan setelah belasan tahun mengabdi sejak era SBY, Jokowi, hingga Prabowo.

Namun, tetiba saja saya teringat Aviliani, seorang ekonom senior yang saya kenal dari ruang diskusi dan temu wicara sejak kuliah.

Kebetulan nama mereka punya rima yang unik: ANI---meskipun keduanya punya nama panggilan yang berbeda. Misalnya saja, Aviliani yang akrab disapa "Avi". 

Saya mengenal Sri Mulyani bukan lewat ruang diskusi, melainkan lewat layar berita dan kebijakan. Sesekali pernah ketemu, ngobrol dan foto bareng selayaknya penggemar bertemu idolanya.

Beliau adalah sosok Menteri Keuangan yang sederhana, tampil rendah hati, jujur, tapi juga penuh kecerdasan dalam mengelola urusan "dapur" republik ini.

Masih terpatri diingatan, ketika awal menjabat sebagai Menkeu di era 2000-an, ia berani melawan mafia pajak dan melakukan reformasi birokrasi.

Langkah-langkah proaktif seperti forensic centric assessment dan menginstruksikan pemeriksaan kekayaan pegawai untuk memitigasi risiko korupsi serta membangun sistem keuangan negara yang sehat dipilihnya tanpa ragu dan pandang bulu.

Sesuatu yang tidak mudah di tengah resistensi besar.

Tentu, langkah-langkahnya tidak selalu populer. Banyak yang mengkritiknya karena dianggap segala hal dipajaki negara seperti narasi baru-baru ini. Dan, mungkin saja kita pernah dibuat jengkel karena kebijakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun