Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... A Man (XY) and a Mind Besides Itself

Bukan pakar, pemerhati, pengamat, apalagi figur publik. Tulisan saya lainnya ada di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Saya Sebel Banget Dengar Nama Endonesia

14 Agustus 2025   10:45 Diperbarui: 14 Agustus 2025   10:45 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara (Photo by mufidpwt on Pixabay) 

"Endonesia Raya, merdeka merdeka. Tanahku negeriku yang kucinta"

Setiap pagi jam 6.00, di TV selalu diputar lagu kebangsaan "Indonesia Raya". Tapi telinga ini terasa tersayat karena di lagu itu ada yang melafalkan "Endonesia Raya"

Bukan cuma masalah bunyi, tapi rasa hormat yang ikut terkikis. Lagu kebangsaan itu bukan jingle iklan yang bebas diubah sesuka hati. Apalagi ini menyangkut identitas negara.

Kesalahan ini juga sering terdengar di acara resmi. Orang-orang yang seharusnya paham etika bernegara malah ikut melestarikan pengucapan yang salah. Mereka sering berbicara soal nasionalisme dan cinta tanah air, tapi detail sederhana seperti melafalkan nama negara dengan benar saja masih meleset.

Kalau "Indomie" Bisa, Kenapa "Indonesia" Nggak Bisa?

Pernah dengar nggak ada yang bilang "Endomie"? Nggak pernah kan? Indomie saja bisa diucapkan dengan benar Begitu juga "Superindo", nggak pernah ada yang melafalkan "Superendo". Ini membuktikan satu hal: masalahnya bukan lidah atau kebiasaan, tapi rasa peduli.

Saat menyanyikan lagu kebangsaan, yang keluar seharusnya bukan cuma suara, tapi juga rasa hormat. Kalau untuk produk mie instan dan supermarket saja kita bisa menjaga pelafalan, kenapa untuk negara sendiri malah longgar?

Sebagian orang mungkin menganggap ini sepele. Katanya, yang penting kan artinya sama. Salah besar. Pelafalan itu bagian dari identitas. Indonesia itu nama resmi, melekat di konstitusi, di paspor, di seluruh perjanjian internasional. Mengubahnya, apalagi di momen formal, sama saja meremehkan simbol negara.

Cinta Tanah Air Bukan Sekadar Kata

Meski saya kecewa dengan pemerintahan sekarang, mulai dari kebijakan absurd sampai drama politik yang melelahkan, tapi rasa cinta pada tanah air bukan soal siapa yang berkuasa.

Indonesia adalah tanah kelahiran, tempat tumbuh, tempat kembali. Bendera merah putih tetap merah putih, lagu kebangsaan tetap "Indonesia Raya".

Menghormati simbol negara adalah bentuk cinta paling sederhana, bahkan ketika kita kritis pada pemerintah. Mengkritik pemerintah itu hak rakyat, tapi mengabaikan hormat pada negara itu kelalaian.

Mulai dari Hal Kecil, Dampaknya Besar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun