Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Angan

26 Februari 2019   17:00 Diperbarui: 26 Februari 2019   17:05 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pict from Pixabay.com

"ngantuk ya?? Kok nggak dengar gitu aku ngomonng?" aku sedikit mendongak untuk melihat wajah nya dan berlalu begitu saja. Ia hanya diam terpaku.

                           ***
-DANIL-

Aku hanya ingin memastikan, siapa orang yang sedang duduk di pantry sambil menggunakan mukenah ini. Aku meliht wajahnya sekilas saat ia meletak kan gelas. "Kayla" gadis kecil ini, ia terlalu kecil untuk di katakan dewasa. Tubuhnya kuperkirakan hanya 150 cm. Mata hitam yang jernih.

Aku terkejut saat ia menabrak ku. Aku masih tak bergeming saat ia bicara, hingga ia memijak kaki ku dengan keras. Terlalu dekat jarak diantara kami. Ia hanya setinggi dadaku, dapat kuperkirakan saat ia tersandar pada pantry tadi. Ia mimpiku malam ini, dan esok aku akan menjemput kenyataan, ah,Ia berlalu begitu cepat. Tanpa terasa bibirku melukis senyum.

                              ***

-KAYLA-

Pagi ini saat semua orang sibuk mempersiapkan resepsi akad jam sembilan nanti. Aku masih sibuk dengan perasaanku yang berkecamuk. Di samping kasur tersampir gaun putih dengan kombinasi bunga biru kecil-kecil, juga selembar jilbab biru lembut senada dengan warna bunga. Aku masih terdiam.

Aku mendengar suara gagang pintu terbuka, ku tarik selembar kain di atas meja dengan terburu-buru dan menutupi kepalaku secepat mungkin. Seorang lelaki bermata teduh yang sangat ku kenali. Abang, aku membiarkan selembar kain itu jatuh ke lantai, kulihat abang yang menghampiriku. Ia tersenyum melihatku. Bibirku mengerucut melihat senyumnya yang merekah. Namun, lihatlah matanya yang basah.

"abang..." ucapku dengan suara bergetar.

"iya.. Kenapa kay? " jawab abang sambil berlutut menyamakan tingginya denganku yang duduk di atas kursi.

"kay takut" mataku mulai berkaca-kaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun