Aku beranjak ke kamar mandi untuk mencuci wajahku yang panas. Menyalin pakaian dan segera ku hempaskan tubuh di kasur. Menarik selimut sampai menutupi wajahku. Aku malu. Ku abaikan danil yang sedari tadi melirikku sambil tersenyum. Dia menyebalkan. Aku menutup mata rapat-rapat di balik selimut.
Dapat ku rasakan danil telah berbaring di sampingku. Segera aku membalikkan badan. Mengatur nafasku yang mulai turun naik. Ah, aku benci saat-saat seperti ini. Aku ingin terlelap secepatnya.
"kay.." danil memanggilku. Aku diam saja. "Kayla.." panggilnya sekali lagi. Aku masih tetap tak bergeming. "Kayla sayang.."
"hm?" jawabku bedehem kemudian membalikkan badan menghadap danil.
"haruskah saya selalu memanggil kamu seperti itu agar kamu menjawab pangilan saya?" tanya nya.
"panggilan apa?" dahiku berkerut.
"Kayla sayang.." danil mengulanginya lagi sambil tersenyum. Aku kembali membalikkan tubuhku. Danil selalu pandai membuatku mati kata.
Danil mematikan lampu kamar dan beranjak menuju sofa di hadapanku. Ia berbaring di sana dan beberapa menit kemudian ia terlelap. Aku bengkit dan berjalan ke arah danil. Laki-laki ini, aku bingung menanggapinya. Tapi entah mengapa. Tak dapat ku punkiri hatiku terasa bahagia. Ia terlihat sangat dingin saat terlelap seperti ini.
"sampai kapan kamu terus memandangi saya?" tiba-tiba matanya terbuka.
Aku terkejut lalu berlari menuju kasur. Aku tertangkap basah. Memalukan. Kudengar danil tertawa kecil. Sudahlah.
               ***