Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Angan

26 Februari 2019   17:00 Diperbarui: 26 Februari 2019   17:05 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pict from Pixabay.com

Kami duduk bersanding di pelaminan, banyak tamu yang datang. Tapi tak ada satupun yang ku kenal. Kebanyakan karib kerabat dan teman-teman danil. Belum ada sepatah kata pun yang ku keluarkan sejak tadi. Aku tak memiliki hal untuk di bicarakan, tak seperti biasanya. Aku mati kata, di hari yang seharus nya aku bahagia. Mengapa harus menjadi menakutkan seperti ini? aku ingin beristirahat, aku lelah.

Sesekali abang menghampiriku, dan membuat suasana lebih baik. Ah, hanya abang yang mengerti perasaanku. Tapi, saat ini berbeda. Akankah lelaki bernama danil ini bisa memahamiku seperti abang? Atau kedepan nya ia hanya diam seperti sekarang ini. Ntahlah.

                                 ***
-KAYLA-

Hari berlalu sangat lamban, matahari baru saja terbenam di ufuk barat. Para tamu sudah mulai sepi, hanya tinggal beberapa orang dan keluarga yang masih disini. Aku merasa semakin gerah. Ingin rasanya segera mandi dan tidur dengan nyenyak di kasur yang empuk, nikmat sekali. Setelah azan magrib berkumandang, aku semakin ingin beranjak dari tempat ini.

"aku duluan ya?" tanyaku pada danil yang hendak bangkit.

"hm?" ia hanya berdehem melihatku heran.

Aku hanya nyengir kuda melihat reaksinya, lalu aku berjalan menuju kamar. dengan susah payang mengangkat gaun yang terlalu berat ini. Satu-dua langkah aku berjalan terasa sulit. Lalu aku melepas sepatu putih yang ku kenakan. Menjinjing nya dengan tangan kiri, dan tangan kananku mengangkat ujung gaun. Aku mulai kesal.

danil datang menghampiriku yang masih sibuk dengan sepatu juga gaun yang terlalu panjang ini. Ia menunduk untuk menatap ku sejenak. Tangan kanan nya terulur meminta sepatu yang ku jinjing. Lalu tangan yang satunya mengangkag ujung gaun yang masih terseret di lantai. Kami beriringan menuju kamar di lantai atas.

Beberapa kali aku berhenti sejenak setelah menaiki tujuh sampai sepuluh anak tangga. Kakiku pegal. Aku meringis saat menaiki anak tangga terakhir Alhamdulillah, sampai juga. Kami sampai di depan kamar. Aku membuka gagang pintu dengan tergesa-gesa. Danil telah menurukan ujung gaun yang terseret tadi. Segera aku mengambil sepatu yang dijinjing nya.

"makasih" ucapku sambil tersenyum.

"bukan masalah" jawabnya, dahiku berketut mendengarkan jawaban nya. Ia tersenyum simetris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun