"danil," panggilku, kemudian aku duduk di sisi kasur. Meregangkan kakiku yang terasa kram.
"hm?" ia hanya berdehem sambil memasuk kan pakaian kelemari.
"kak syakir bilang apa?" tanyaku
"sesuatu" jawabnya singkat
"sesuatu apa?" aku kembali bertanya
"sesuatu tentang kita" jawabnya
"apa sesuatu tentang kita?" aku masih penasaran
Danil diam saja. Ia tak menjawab pertanyaanku. Aku masih menunggu jawaban nya. Namun, ia masih tak bergeming. Kini ia telah merebahkan tubuhnya di kasur dan memejamkan matanya. Aku semakin geram. Ku lempar bantal ke wajah danil. Danil bangkit dan berjalan ke arahku. Untuk yang kedua kalinya aku ingin melempar danil, dengan tatapan tajam aku mengancamnya.
Tak sesuai dengan yang ku harapkan. Danil tak mengatakan apapun,ia malah menatap mataku tak kalah tajam. Ia berjalan ke arahku, aku terdiam melihat reaksinya. Tanganku semakin erat mencengkram bantal yang akan ku lemparkan pada danil. Ia semakin mendekat. Tenggorokanku tercekat menelan ludah. Ia terlalu dekat. Ia mencengkram tangan kananku dan seketika bantal yang ku pegang jatuh. Aku memejamkan mata, kurasakan nafasnya di telingaku.
Beberapa detik kemudian aku membuka mata dan menemukan danil sedang meneguk air mineral kemasan di hadapanku. Aku yakin kini wajahku sudah merah padam. Kutarik tanganku dari cengkraman tangan danil. Ia melirikku dan menyodorkan botol minuman yang baru saja di teguk nya.
"saya sangat haus, kamu mau minum juga?" tanya nya. Aku menggelengkan kepala.
"tadi saya melihar air kemasan ini di meja kecil itu" ia menunjuk ke arah meja di belakangku.