"umi?? kayla paggil umi aja ya? Iya.. Nggak papa mi. kayla yang harus minta maaf, baru datang, nggak bisa bantuin umi apa-apa" jawabku sekenanya. Umi mengelus punggungku lembut.
Ibu tengah bercengkrama dengan umi. Dari percakapan yang sayup-sayup ku dengar tadi, dapat ku pahami umi adalah calon ibu mertuaku. Allah, aku jadi takut salah tingkah di depan nya. Walau Aku tak mendengar begitu jelas. Aku lelah, dan akhirnya aku tertidur dengan masih mengenakan seragam sekolah, putih abu-abu. Belum sempat mengganti baju usai pulang sekolah tadi. Putih abu-abu terakhirku.
Tepat pukul sebelas malam aku terbangun, orang-orang masih berseliweran di halaman rumah memasang tenda dan menata kursi juga menghias pelaminan. Kombinasi biru dan putih berpadu indah. Warna kesukaanku. Aku membersihkan badan dan mengganti pakaian. Kemudian aku menunaikan shalat isya.
Aku haus, tak ada air disini. kulihat sekeliling tak dapat kutemui sosok ibu. Lalu aku mengintip ke luar pintu kamar, masih banyak kru wedding organizer  yang melakukan tugasnya. Aku mash mengenakan mukenah beringsut keluar untuk mencari dapur. Aku tak mengenali posisi ruangan di rumah ini, tenggorokan ku sudah sangat kering.
Aku melihat pantry di pojok kanan ruang keluarga. Aku berjalan menuju dispenser yang terletak di samping kulkas. aku duduk di kursi plastik dan meneguk air baru saja ku ambil. Alhamdulillah, aku sudah tak haus lagi.Aku meletak kan gelas di atas meja pantry. Saat aku berbalik ingin kembali ke kamar, aku menabrak seseorang di depanku.
"aduh..! Sakit," rutuk ku sambil mundur selangkah ke belakang.
Namun aku tak bisa mundur, beberapa kru wedding organizert meminta agar kami bergeser karna mereka tengah mengangkat kursi pelaminan. Aku tersandar pada meja pantry. Aku menunduk melihat celana hitam yang dikenakan lelaki di depanku ini. Sejengkal, kira-kira hanya sekian senti jarak antara aku dan lelaki ini.
Setelah kru wedding organizer berlalu. Aku mengangkat wajahku keatas. Namun tak bisa. Renda mukenahku tersangkut di kancing baju lelaki ini. Aku mendengus kesal. Dengan jarak sedekat ini aku dapat merasakan bau maskulin yg melekat pada lelaki ini.
"tolongin dong,.. Nyangkut nih" ujarku ketus.
Namun, lelaki ini tak bergeming sedikitpun. Ia masih diam. Aku mulai kesal, apakah orang ini tuli? Seketika aku menginjak kaki lelaki di hadapan ku.
"aw!!" ucap nya setengah meringis. Aku tersenyum mendengarkan nya. "iya, sebentar," jawabnya sambil memutar benang renda yang tersangkut di kancing bajunya.