Mohon tunggu...
I Ketut Guna Artha
I Ketut Guna Artha Mohon Tunggu... Insinyur - Swasta

Orang biasa yang suka kemajuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Interpretasi Sejarah dan Komunis Phobia

1 Oktober 2022   02:45 Diperbarui: 1 Oktober 2022   02:54 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lalu siapakah AH Nasution? AH Nasution pernah mengancam Sukarno dengan mengirim pasukan dan mengarahkan moncong meriam ke arah Istana pada tanggal 17 Oktober 1952. Akibat aksinya Nasutionpun kemudian dinonaktifkan dari jabatannya.

Namun demikian Bung Karno bukanlah seorang pendendam padahal bisa saja memenjarakan dan memecatnya dari TNI. Malah tahun 1955 Bung Karno mengangkat kembali Nasution menjadi KSAD dan Menhankam pasca Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dengan kekuasaan itu, melalui Nasution kekuatan TNI makin merangsek masuk dalam kekuatan politik lewat Dwifungsi ABRI dengan mendukung Demokrasi Terpimpin Presiden Sukarno.

Dengan ditopang kekuatan TNI (khususnya AD) maka Nasution menjadi layer kedua kekuasaan politik saat itu setelah Sukarno. Nasution bahkan diberi kepercayaan urus pembelian senjata ke Uni Soviet dalam menghadapi konfrontasi dengan Malaysia dan merebut Irian Barat. Namun kemesraan ini mulai berkurang saat kehadiran Ahmad Yani.

Lalu muncul pertanyaan apakah AH Nasution memang benar menjadi target penculikan dan pembunuhan Gerakan 30 September? Karena menjadi jenderal penting kedudukannya di era Demokrasi Terpimpin, sebagai Menko/Kastaf Angkatan Bersenjata (KSAB) mengapa regu penculik Cakrabirawa sampai tidak mengenalinya mengira Pierre Andreas Tendean yang masih sangat muda dikira Nasution? Padahal Tendean adalah pengawal pribadi AH Nasution.

Dokumen CIA "The President's Daily Brief" pada tahun 1965 menunjukkan kedekatan Amerika dengan TNI AD untuk memberantas komunis.

Selain Brigjen Sukendro dan Mayjen Soeharto, Jenderal AH Nasution beberapa kali muncul dalam dokumen CIA tersebut.

CIA melaporkan kepada Presiden Lyndon B Johnson bahwa pada aksi penculikan Dewan Jenderal 1 Oktober 1965 Nasution lolos namun terluka dalam peristiwa tersebut. Ajudan Jenderal Nasution telah meminta atase militer Amerika Serikat untuk siap menolong Nasution meninggalkan Jakarta kalau situasi memburuk.

Dalam dokumen CIA juga menyebutkan Badan Pusat Intelijen (BPI), Soebandrio menyampaikan kepada publik bahwa PKI tidak terlibat. Karena melalui Soebandrio, PKI dapat saja mengungkapkan fakta atas peristiwa 1 Oktober 1965 tersebut. Sementara TNI AD ingin menangkis pernyataan itu.

Disebutkan juga dalam dokumen CIA bahwa Nasution memberikan pernyataan politik yang keras di Radio Indonesia yang ditujukan melawan pernyataan Soebandrio dan PKI. Dia menyebutkan TNI AD akan menghabisi para penghianat di dalam angkatan bersenjata.

John F Kennedy digantikan oleh wakilnya Lyndon B. Johnson sebagai Presiden Amerika Serikat. Johnsonlah kemudian memulai perang Vietnam dengan dalih memerangi pengaruh Komunisme.

Amerika Serikat di era kepemimpinan Johnson "disinyalir" mendukung kelahiran gerakan separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) tahun 1965 pasca memediasi diserahkannya Irian Barat (Papua) oleh Belanda tanpa perang besar, Amerika Serikat yang merasa berjasa gagal merayu Sukarno untuk menanamkan modalnya melalui Freeport menambang di Irian Barat (Papua) karena butuh biaya perang Vietnam.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun