Sabur dibantu beberapa perwira, di antaranya Mayor CPM Maulwi Saelan, Mangil dari Kepolisian, seorang mayor udara, dan seorang mayor laut intensif membahas pasukan pengawal presiden dimaksud.
Sehingga pada tanggal 6 Juni 1962, Presiden Sukarno mengeluarkan Surat Keputusan No 211/Pit/1962 tentang pembentukan resimen khusus yang bertanggung jawab menjaga keselamatan pribadi Presiden dan keluarganya.
Oleh Bung Karno pasukan khusus tersebut diberi nama "Tjakrabirawa" (Cakrabirawa). Cakrabirawa adalah senjata milik Batara Kresna dalam Mahabharata. Semboyan dari Pasukan Cakrabirawa, yaitu "Dirgayu Satyawira" yang artinya prajurit setia berumur panjang.
Cakrabirawa baru diresmikan Presiden Sukarno pada tanggal 6 Juli 1963 di Wina, Austria dan dipimpin oleh Letnan Kolonel CPM Sabur.
Hubungan Soeharto dan Untung
Setelah penumpasan pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, Untung bertugas di Solo, Jawa Tengah. Saat itu Komandan Korem (Komando Resor Militer)nya adalah Soeharto. Selesai menjabat komandan Korem, Soeharto kemudian menggantikan Gatot Subroto menjadi Panglima Divisi (Kodam) Diponegoro. Untung pun diboyong Soeharto pindah ke Divisi Diponegoro, Semarang.
Selama berdinas di Divisi Diponegoro, Soeharto meninggalkan catatan buruk, tindakan indisipliner yang mencoreng citra Angkatan Darat.
Menurut Subandrio dalam "Kesaksianku tentang G-30-S", saat menjabat sebagai Panglima Tentara dan Teritorim IV (Kodam) Diponegoro, Soeharto terlibat penyelundupan bersama Liem Sioe Liong alias Sudono Salim dan Bob Hasan. Kelak di era Orde Baru mereka menjadi salah dua konglomerat Indonesia.
Kasus penyelundupan ini membuat Deputi II Panglima Angkatan Darat, Kolonel Ahmad Yani marah kepada Soeharto.
Namun Soeharto batal dipecat oleh pimpinan tertinggi TNI Angkatan Darat, AH Nasution setelah mendengar pendapat Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Gatot Subroto. Ia berusaha meyakinkan para petinggi Angkatan Darat bahwa "Soeharto masih bisa diperbaiki." Baik Ahmad Yani, Gatot Subroto dan Soeharto berasal dari "rumpun" (Kodam) Diponegoro. Maka Soeharto di"nonjob"kan lalu "dibina" dalam pendidikan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD).
Ahmad Yani telah menjadi Panglima Angkatan Darat, saat Soeharto lulus dari SSKAD. Karena kebaikan Ahmad Yani, Soeharto kemudian diangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Dari kisah ini dapat kita petik bahwa karir Soeharto di militer diselamatkan Gatot Subroto dan bahkan diorbitkan oleh Ahmad Yani.