Mohon tunggu...
I Ketut Guna Artha
I Ketut Guna Artha Mohon Tunggu... Insinyur - Swasta

Orang biasa yang suka kemajuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Interpretasi Sejarah dan Komunis Phobia

1 Oktober 2022   02:45 Diperbarui: 1 Oktober 2022   02:54 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam perjalanan menuju Istana Merdeka, ketika iring-iringan mobil sampai di Jalan Thamrin, persis di depan gedung Bank Indonesia, Mangil memerintahkan berbelok ke kiri, memasuki Jalan Budi Kemuliaan.

Sukarno mengubah rute menuju ke rumah istri keduanya, Haryati, yang berada di Slipi. Perubahan rute itu dilakukan karena Bung Karno mendapat kabar bahwa Istana Merdeka telah dikepung pasukan tak dikenal (belakangan diketahui sebagai pasukan dari Divisi Diponegoro dan Brawijaya).

"Wah, Ik ben overrompeld. Wat wil je met me doen? (Aku diserbu. Apa yang kamu mau aku lakukan?)," tanya Bung Karno.

Mendengar ucapan Bung Karno, Saelan kemudian mencari keterangan lebih jauh terkait penembakan para jenderal dan "pengepungan" Istana Negara kepada Panglima dan Kodam Jaya.

Dalam buku Maulwi Saelan: Penjaga Terakhir Soekarno, dia menerangkan, sesuai SOP Cakrabirawa, ada dua pilihan tempat evakuasi Bung Karno jika dalam keadaan darurat.

Pertama, Halim Perdanakusuma karena di sana ada pesawat kepresidenan Jetstar C-140. Kedua, dibawa ke Tanjungpriok, Jakarta Utara, tempat kapal kepresidenan Varuna I-II bersandar.

Bung Karno akhirnya memutuskan pergi ke Pangkalan AU Halim Perdanakusuma. Sesampai di Halim, Bung Karno diterima Menteri/Panglima Angkatan Udara, Laksamana Madya Omar Dhani dan Panglima Koops Komodor Leo Wattimena. Namun Sukarno belum mendapat laporan apa yang sebenarnya terjadi.

Tak lama kemudian, tiga perwira Angkatan Darat datang menemui Bung Karno. Mereka adalah Panglima Tempur Mandala Siaga Brigjen Supardjo, Mayor Bambang Supeno dan Mayor Sukirno, Komandan Batalyon Dharma Putra Kostrad.

Dalam keadaan genting untuk keselamatan Presiden, mengapa bukan Soeharto yang langsung menghadap Presiden?

Kepada Presiden Sukarno, Supardjo meminta Bung Karno untuk mendukung Gerakan 30 September. Mengapa pesannya untuk mendukung Gerakan 30 September yang dipimpin Letkol Untung yang diketahui Soeharto?

Presiden Sukarno menolak karena belum mendapatkan informasi valid terkait apa yang terjadi sebenarnya atas peristiwa 1 Oktober 1965 tersebut.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun