Mohon tunggu...
I Ketut Guna Artha
I Ketut Guna Artha Mohon Tunggu... Insinyur - Swasta

Orang biasa yang suka kemajuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Interpretasi Sejarah dan Komunis Phobia

1 Oktober 2022   02:45 Diperbarui: 1 Oktober 2022   02:54 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Baca: Papua Melengkapi Indonesia

Bocornya informasi Badan Keamanan Nasional/National Security Agency (NSA) dimulai pada 12 Oktober 1965. Para diplomat AS mengutip laporan dari kolega mereka di Kedutaan Jerman kala itu yang mengatakan beberapa tentara Indonesia mulai mendatangi kantor-kantor perwakilan negara barat di Jakarta.

Mereka mengatakan, tentara mulai berencana menggulingkan Sukarno karena sikapnya yang mendukung PKI (faktanya PKI memang mendapat simpati rakyat yang terlihat dari hasil Pemilu 1955)

Setelah lebih dari 30 tahun, dokumen CIA seputar peristiwa tahun 1965 dianggap kadaluwarsa maka mulai terpublikasi secara luas walaupun ada bagian yang disensor menunjukkan ada benang merah antara kepentingan ekonomi dan "memerangi komunisme" pemerintah Amerika Serikat di Indonesia dengan peristiwa 1 Oktober 1965.

"Secret Service" Cakrabirawa

Bukan Bung Karno namanya jika bukan orang yang ahli gagasan, istilah, ungkapan, idiom yang filosopis. Cakrabirawa adalah nama yang diberikan Bung Karno untuk pasukan pengaman presiden.  

Dalam buku Maulwi Saelan, Penjaga Terakhir Soekarno (2014) karya Asvi Warman Adam dkk, menyebutkan bahwa sebelum Proklamasi Kemerdekaan di setiap karesidenan telah memiliki kesatuan Polisi Istimewa.

Misalnya kesatuan Polisi Istimewa di wilayah Jakarta Raya disebut Polisi Macan. Pada awal 1945, Gatot Suwiryo sebagai pimpinan Polisi Macan, memindahkan anggotanya ke Pasukan Polisi Pengawal Pribadi Presiden (Tokomu Kosaku Tai) di bawah pimpinan Mangil Martowidjojo.

Berdasarkan buku Kesaksian tentang Bung Karno 1945-1967 (1999) karya Mangil Martawodijojo, tugas utama Pasukan Polisi Pengawal Pribadi Presiden adalah menjaga keselamatan Presiden dan Wakil Presiden beserta seluruh anggota keluarganya.

Karena banyaknya ancaman yang membahayakan nyawa Presiden Sukarno kurun waktu 1948-1962, maka Mangil membentuk Detasemen Kawal Pribadi (DKP).

Setelah terjadinya percobaan pembunuhan Sukarno pada saat Shalat Idul Adha 14 Mei 1962, Letnan Kolonel CMP Sabur memberikan laporan bahwa DKP berencana membentuk pasukan pengawal Istana Presiden yang lebih sempurna.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun