Untuk Anggota Konstituante:
1) Partai Nasional Indonesia (PNI) 119 kursi
2) Masyumi 112 kursi
3) Nahdlatul Ulama (NU) 91 kursi
4) Partai Komunis Indonesia (PKI) 80 kursi
Dari hasil perolehan kursi Pemilu 1955 kita tidak bisa menyangkal bahwa 3 kekuatan bangsa Indonesia saat itu ya Nasionalis, Islam dan Komunis.
Pada tahun 1956 Bung Karno mengkritik sistem Demokrasi Parlementer yang dianggapnya tidak cocok diterapkan di Indonesia dimana hanya menempatkan Presiden sebagai Kepala Negara dan Perdana Menteri sebagai Kepala Pemerintahan. Dan terbukti selama Indonesia menganut sistem parlementer, kabinet jatuh  bangun dan rapuh, tidak berlangsung lama.
Maka Bung Karno menawarkan konsep Demokrasi Terpimpin dengan kekuatan Nasakom. Namun Hatta tidak setuju sehingga Dwi Tunggal Sukarno Hatta pecah kongsi yang berujung Hatta mundur dari Wakil Presiden. Hingga keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 semakin mengokohkan kekuasaan Sukarno.
Pada tahun 1961 Inggris rencana membentuk Negara Federasi Malaysia yang akan menggabungkan Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Sarawak, Brunei, dan Sabah.
Namun, rencana tersebut ditentang oleh Presiden Sukarno karena dianggap akan menjadi boneka Inggris yang nantinya akan mengancam kemerdekaan Indonesia.
Selain Indonesia, Philipina juga menolak berdirinya Negara Federasi Malaysia. Philipina juga mengklaim atas Sabah, karena daerah itu memiliki hubungan sejarah dengan Filipina melalui Kesultanan Sulu. Maka kemudian terjadi Konfrontasi Indonesia-Malaysia.