Karena Belanda masih ngotot tak mau kembalikan Irian Barat (Papua), maka Indonesia membeli persenjataan dari Uni Soviet untuk merebut Papua Barat dari tangan Belanda dengan jalan perang.
Australia yang awalnya pro kemerdekaan Papua, akhirnya mendukung penggabungan Irian Barat (Papua) dengan Indonesia atas desakan Amerika Serikat melalui perundingan Indonesia (Soebandrio) dan Belanda (Jan Herman van Roijen& C.W.A. Schurmann) di Markas Besar PBB New York.
Pada tanggal 1 Mei 1963, badan PBB, United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA) menyerahkan Irian Barat (Papua) ke Indonesia.
Sukarno juga mengkritisi PBB tidak netral, dijadikan alat legitimasi dunia barat untuk menentukan saatnya perang dan damai.
Kekecewaan Sukarno memuncak dengan berani menyatakan keluar dari keanggotaan PBB karena Sukarno tidak puas terhadap PBB dalam menyelesaikan konflik Indonesia - Inggris atas perebutan Sabah, Serawak dan Brunai yang hanya memberi opsi bergabung dengan negara baru Federasi Malaysia bentukan Inggris.
Lewat surat Menteri Luar Negeri Subandrio, Indonesia keluar dari PBB sejak tanggal 1 Januari 1965.
Siapa yang kemudian "menang" dari Revolusi berdarah 1965?
Mungkin dapat kita lihat dari derasnya arus modal asing masuk ke Indonesia pasca lengsernya Sukarno. Diantaranya Amerika Serikat masuk dengan Freeport, Jepang dengan industri otomotifnya.
Ekonomi Indonesia bergeser dari sosialisme ke kapitalisme. Kekayaan Indonesia dikavling untuk perusahaan asing tanpa bagi hasil yang optimal untuk negara dan terjadi pemusatan penguasaan ekonomi pada kelompok tertentu yang melahirkan konglomerasi.